Foto:google.com |
Shalat dalam Islam berarti mengagungkan Allah Swt yang merupakan sumber semua kebaikan, kesempurnaan dan keindahan. Penghambaan semacam ini selain mendorong manusia ke arah kesempurnaan, kebaikan dan keindahan, juga menggerakannya untuk meraih sederet kemuliaan lainnya.
Shalat juga bisa dikerjakan secara jamaah dan individu. Shalat jamaah menunjukkan bahwa Islam juga memperhatikan hubungan sosial. Shalat jamaah seringkali dikerjakan di masjid-masjid dan tempat-tempat yang mulia.
Al-Quran dalam surat al-Baqarah ayat 43 mengajak manusia untuk mengerjakan shalat dan zakat secara jamaah. Ayat itu menyebutkan, "Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku-lah beserta orang-orang yang ruku."
Dalam ayat tadi disinggung bahwa ruku'lah bersama orang-orang yang ruku. Dengan demikian, makna kalimat itu adalah seruan Allah Swt untuk mengerjakan shalat berjamaah. Salah satu dampak nyata shalat berjamaah adalah kekompakan. Semakin kompak, manusia akan lebih meraih keberkahan dan spritualitas yang melimpah.
Dalam riwayat disebutkan bahwa jika rahmat turun pada salah satu orang yang mengerjakan shalat jamaah, maka rahmat itu juga turun pada pelaksana shalat jamaah lainnya. Terlebih kekompakan itu dikerjakan dalam konteks mencari keridhaan Allah Swt.
Imam Ali Ar-Ridha(semoga Allah Swt merahmatinya) sangat menekankan pentingnya shalat jamaah, dan berkata " Faktor di balik hukum shalat jamaah adalah memperlihatkan nilai-nilai seperti Islam, ketauhidan, keikhlasan dan penghambaan kepada Allah Swt di depan umum."
Dimensi Sosial Shalat Jamaah
Shalat jamaah mempunyai dampak positif dalam kehidupan sosial dan individu. Shalat jamaah selain menjadi pendahuluan bagi persatuan dan pengokohan persaudaraan, juga membangun kasih sayang antar umat. Pada dasarnya, berkumpul mengerjakan shalat jamaah menumbuhkan kondisi sosial yang luar biasa. Melalui shalat jamaah, umat saling mengenal dan saling mencintai. Shalat jamaah yang juga menjadi ajang silaturahmi dapat menjadi sarana membantu orang-orang yang dihadapkan pada problema.
Shalat jamaah juga dapat disebut sebagai simbol kekuatan dan solidaritas ummat Islam. Dengan shalat jamaah, kesenjangan sosial dapat teratasi. Shalat jamaah menjadikan beragam tingkat masyarakat dalam satu barisan shalat. Ini merupakan pendidikan agama yang luar biasa. Islam berhasil mengajarkan umatnya untuk tidak pandang bulu. Dengan cara itu, manusia pun tidak boleh merasa bangga karena kedudukan sosial, ekonomi dan politik. Saat shalat berjamaah, semua orang yang bertitel harus duduk bersama dan berinteraksi dengan orang lain tanpa pandang bulu. Inilah kenikmatan shalat jamaah yang diajarkan oleh Islam.
Mengingat pentingnya shalat jamaah, Allah Swt juga menjanjikan pahala luar biasa bagi siapapun yang mengerjakan shalat berjamaah. Dalam riwayat disebutkan bahwa setiap langkah pelaksana shalat jamaah ke arah masjid, mendapat pahala di sisi Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya Allah Swt dan para malaikatnya mengucapkan salam kepada orang-orang yang berada di barisan pertama shalat jamaah."
Shalat Berjamaah Lebih Utama dari Shalat Malam
Bagi Rasulullah Saw, shalat malam dan bermunajat kepada Allah Swt sangat indah dan luar biasa. Meski demikian, Rasulullah Saw tetap menekankan shalat jamaah. Rasulullah Saw pernah bersabda, "Jika saya melakukan shalat subuh berjamaah, maka saya lebih mencintai shalat subuh berjamaah dibanding shalat malam."
Shalat jamaah dilakukan dalam bentuk satu orang selaku imam berada di depan, sedangkan yang lainnya selaku makmum berada di belakang. Makmum selalu mengikuti gerak imam. Dalam shalat jamaah, saat imam membaca surat al-Fatihah, makmum mendengarkannya. Adapun bagian-bagian lainnya, imam dan makmum mengerjakannya secara bersamaan.
Dalam sistem sosial politik Islam, seorang pemimpin harus mempunyai sederet kemuliaan dan akhlak yang mulia. Dengan perangai mulia yang dimiliki pemimpin diharapkan dapat mempengaruhi masyarakat. Kondisi yang sama juga harus terpenuhi dalam imam shalat jamaah. Seorang imam shalat jamaah harus unggul dari sisi ilmu, ketakwaan dan keadilan. Imam Shadiq(Semoga Allah Swt merahmatinya) berkata, "Imam shalat jamaah adalah pemimpin yang membawa kalian ke arah Allah Swt. Untuk itu, pilihlah orang yang tepat untuk diikuti."
Al-Quran dalam surat al-‘Araf ayat 31 menyebutkan, "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah saat kalian memasuki masjid…" Imam Jafar Shadiq(Semoga Allah Swt merahmatinya) dalam menafsirkan ayat tersebut, menyebutkan bahwa masjid adalah penghias shalat jamaah.
Ibnu Sina dan Shalat Solusi Masalah
Suatu malam, Abu Ali Sina, filosof dan pakar kedokteran asal Iran, menghadapi problema yang tidak dapat diselesaikan. Ia akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan wudhu dan shalat. Abu Ali Sina menghadap Allah Swt supaya masalah yang dihadapinya dapat terselesaikan. Setelah selesai mengerjakan shalat, Abu Ali Sina kembali memikirkan masalah rumit yang dihadapinya. Tidak lama setelah itu, sebuah solusi terlintas di benaknya. Setelah menemukan solusi, Abu Ali Sina kembali bersujud untuk mengucapkan terima kasih kepada Allah Swt.
Abu Ali Sina yang juga dikenal dengan sebutan Avicenna, mengatakan, "Setiap kali bingung menyelesaikan masalah, saya pergi ke masjid mengerjakan shalat. Setelah itu, saya mengeluhkan masalah tersebut kepada Allah dan meminta supaya dapat diselesaikan.”
0 comments:
Post a Comment