Redaksi Menerima kiriman tulisan baik opini, artikel dan lain-lain
Tulisan bisa dikirim via email ke alamat : pwkpii.mesir@gmail.com
Jazakumullah khairan katsiran

Monday 16 April 2012

Mengenal Ilmu Logika (Mantiq)

Oleh : Agus Solehudin


Sejarah Singkat Ilmu Logika


Logika dimulai sejak jaman Thales (624 SM - 548 SM), Filsuf pertama dari Yunani. Pemikiran Thales yang paling terkenal adalah bahwa air adalah prinsip atau asas dari alam semesta. Menurut Aristoteles saat itu Thales telah melakukan logika induktif. Setelah dikenalkan oleh Thales, sekitar tahun 472 SM-347 SM logika terus dikembangkan oleh kaum Sofis dan Plato.

Melalui buku yang  berjudul To Aragnon (Alat) yang berjumlah enam, yaitu:

    Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
    De interpretatione tentang keputusan-keputusan
    Analytica Posteriora tentang pembuktian.
    Analytica Priora tentang Silogisme.
    Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
    De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.

Aristoteles (384 SM – 322 SM) mulai mengenalkan logika melalui kriteria sistematis untuk menganalisi dan mengevaluasi argumen-argumen. Pada masa ini lah logika baru menjadi sebuah ilmu atau biasa disebut logike episteme atau dalam bahasa latin logica scientia. Penelitian logika dilanjutkan salah seorang pendiri sekolah Stoa yaitu Chrysippus (279 SM - 206 SM). Chrysippus memperkenalkan proposisi sebagai elemen fundamental dalam logika, dia menempatkan proposisi sebagai benar dan salah. Dan melakukan penelitian terhadap kebenaran dan kesalahan proposisi ditinjau dari kebenaran dan kesalahan komponen-komponennya.  Ketika gereja menguasai eropa, perkembangan ilmu logika sempat tersendat  dengan pelarangan terhadap pembelajaran ilmu logika.

Sedang dalam Islam, ilmu logika mulai berkembang pada abad ke-2 Hijriah, dimana terjadi penerjemahan besar-besaran terhadap buku-buku yang berbahasa asing, termasuk buku-buku logika Yunani. Dalam perkembangannya, para ulama berbeda pendapat tentang penggunaan ilmu logika ini, Imam Nawawi dan Ibnu Sholah melarang ilmu ini, sedang al-Ghazali membolehkan belajar ilmu tersebut. Sedang jumhur ulama berpendapat bahwa ilmu logika boleh dipelajari oleh orang yang mempunyai akal yang baik dan akidah yang baik.

Definisi Ilmu Logika

Secara etimologi, logika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu logos yang artinya sabda atau pikiran. Sedang dalam bahasa arab logika diterjemahkan menjadi منطق yang berasal dari kata نطق  yang berarti ucapan atau perkataan. 

Banyak pengertian tentang logika atau mantiq secara terminologi, akan tetapi pengertian-pengertian tersebut tidak terlepas dari dua hal; kaidah berpikir dan menjaga akal dari kesalahan. Seperti yang diutarakan The Liang Gie dalam bukunya Dictionary of Logic (Kamus Logika) menyebutkan: Logika adalah bidang pengetahuan dalam lingkungan filsafat yang mempelajari secara teratur asas-asas dan aturan-aturan penalaran yang betul (correct reasoning). Sedang Syeikh Muhammad Ridha Al-Mudhfir mendefinisikan mantiq dengan قانونية تعصم مراعاتها الذهن عن الخطأ في الفكر آلة.  Dan DR Umar Adullah Kamil mendefinisakn mantiq dengan آلة تورث قوة في النطق تعصم مراعاتها الذهن عن الوقوع في الخطأ في فكره .

Maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu logika atau Mantiq yaitu ilmu yang membahas kaidah-kaidah penalaran yang benar sehingga dapat menjaga dan memelihara akal dari kesalahan dari pemikirannya.

Ada dua metode penalaran dalam logika; Induktif, merupakan suatu cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Deduktif, suatu cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.

Objek atau Pokok Bahasan Ilmu Logika


    Tashawwurat (gambaran, term) yang akan mengantarkan pada definisi.
    Tashdiqat (Keyakinan, Proposisi, premis) yang akan menghasilakn argumen atau kesimpulan.

Sedang DR. Umar Abdullah Kamil dalam bukunya Mudzakaroh fi Taisiril Al-Mantiq membagi pokok bahasan ilmu mantiq atau logika menjadi tiga :

    Batasan-batasan atau lafadz-lafadz atau gambaran-gambaran, yaitu mempelajari lafadz-lafadz dari segi dalilnya (indikasi) secara logika dan macam-macamnya dan bukan mempelajari lafadz dari segi bahasa atau nahwu.
    Proposisi atau tashdiqat, yaitu mempelajari qadliyyah dari segi jenisnya dan tingkat kebenarannya.
    Istidlal, yaitu mempelajari tentang pengambilan dalil dari segi jenisnya, kaidah-kaidahnya dan nilainya dalam pemikiran manusia.  

Manfaat mempelajari ilmu logika

    Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
    Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
    Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
    Terhindar dari kesalahan berpikir.
    Dapat membedakan antara pemikiran yang salah dan pemikiran yang benar.
    Membantu meningkatkan keyakinan terhadap Allah.

Jika Barat menggunakan logika untuk mencari kebenaran, maka muslim menggunakan logika untuk sampai pada kebenaran. Kaidah-kaidah ilmu logika ini juga dipakai dalam ilmu kalam dan ilmu ushul fiqih.

Beberapa Istilah dalam Ilmu Logika

    Ilmu

Yaitu adanya kesan (cetakan) tentang gambaran sesuatu dalam pikiran. Ilmu dibagi dua Tashawwur dan Tashdiq.

    Tashawwur (Gambaran, Ide, Term)

Yaitu mendapatkan sesuatu. Contoh, ketika kita melihat pena, maka tergambar dalam pikiran kita hakikat dari pena tersebut. Tashawwur dibagi dua, badihi dan nadhari.

    Tashdiq (Proposisi, Premis)

Yaitu, Keyakinan terhadap sesuatu. Contoh, satu adalah setengahnya dari dua, sesungguhnya bumi bergerak. Tasdiq berada pada kalimat khobari (kalimat yang mengandung benar dan salah). Tashdiq dibagi dua, badihi dan nadhari.

    Dilalah (Indikasi)

Yaitu, apa-apa yang mengharuskan untuk mendapatkan sesuatu karena mendapatkan sesuatu lain yang lazim (harus, biasa) baginya. Contoh, kita mendengar suara bel, suara bel tersebut menunjukan bahwa di depan pintu ada orang atau manusia.  Maka, suara bel disebut petunjuk (dal), Manusia di depan pintu disebut yang ditunjukan olehnya (Al-madlul 'alaihi) dan bahwa mendapatkan manusia di depan pintu dengan petunjuk suara bel disebut dilalah. Dilalah dibagi dua, dilalah lafdzi (Aqli, wad'i, Thabi'i) dan dilalah ghair lafdzi (Aqli, wad'i, Thabi'i).

    Kulliyatul khams

    Nau'u (Macam), yaitu yang keadaan afrad-nya (bagian atau macam) mempunyai hakikat yang sama. Contoh, manusia, maka nau'u-nya adalah Abu bakar, Ahmad, Khalid dll.
    Jinsu (Jenis), yaitu yang keadaan afrad-nya (bagian atau macam) mempunyai hakikat yang berbeda. Contoh, Hewan, maka Jenisnya adalah manusia, sapi, unta dll.
    Fasal (Hal pembeda atau istimewa), yaitu yang membedakan antara macam (Na'u) yang satu dengan macam-macam lain yang berserikat atau terikat  dalam satu jenis. Contoh, Natiq (berpikir) menjadi Fasal bagi manusia yang membedakannya dengan hewan-hewan yang lain.
    'Arad Khas (Sifat khusus), yaitu sifat khusus untuk satu na'u. Contoh, tertawa merupakan sifat khusus untuk manusia saja.
    'Arad 'Am (Sifat umum), sifat  untuk macam-macam  (anwa') yang berbeda. Contoh, berjalan merupakan sifat untuk manusia, kerbau, kuda dan lainnya.

    Definisi (Ta'rif)

Yaitu, menjelaskan hakikat sesuatu atau menjelaskan maknanya. Ta'rif dibagi tiga; Ta'rif bil Had , ta'rif birrasmi, ta'rif billafdhi.

    Qadliyyah (Proposisi, Premis)

Yaitu, lafadz yang mengandung benar dan salah dengan sendirinya. Qadliyyah dibagi menjadi dua, syartiyyah dan hamliyyah.

Qadliyyah hamliyyah adalah menyandarkan keberadaan sesuatu kepada sesuatu yang lain, dan ketiadaan sesuatu pada sesuatu yang lain. Contoh, Alam semesta itu bergerak, maka alam semesta disebut maudu' (diterangkan) dan bergerak disebut mahmul (yang menerangkan) sedang itu disebut rabithah (penghubung/pengikat). Qadliyyah hamliyyah kadang bersifat mujabah kulliyah (positif universal) ditandai dengan kata-kata semua atau seluruh, mujabah juziyyah (positif partikular) ditandai dengan kata sebagian, salibah kulliyyah (negatif universal) ditandai dengan kata-kata tidak satupun, salibah juziyyah (negatif partikular) ditandai dengan kata-kata sebagian tidak.

Qadliyyah syartiyyah terbentuk dari dua qadhiyyah hamliyah yang dihubungkan dengan huruf syarat seperti, "jika" dan "setiap kali". Contoh, jika kamu datang maka aku akan memuliakanmu. Maka, jika kamu datang disebut muqaddam (astecedent) dan aku akan memuliakanmu disebut tali (konsekuen). Qadliyyah syartiyyah dibagi dua, qadliyyah syartiyyah muttashilah dan qadliyyah syartiyyah munfashilah.

qadliyyah syartiyyah muttashilah adalah qadliyyah yang mengharuskan adanya korelasi dan koeksistensi antara muqaddam dan tali dalam keberadaannya secara lazim (aturan). Contoh, jika matahari terbit maka siang pun datang. Sedang qadliyyah yang menuntut adanya penolakan disebut qadliyyah syartiyyah munfasilah, seperti, angka itu genap, ataupun ia ganjil. Qadliyyah syartiyyah munfashilah dibagi menjadi tiga; haqiqah, mani'atul jam'i, mani'atul khuluw.

Qadliyyah syartiyyah haqiqah adalah dimana tidak mungkin bersatu muqaddam dan tali pada sesuatu dan tidak mungkin meniadakan keduanya. Contoh bilangan itu ganjil atau genap, maka tidak mungkin bilangan itu tidak genap tidak juga ganjil dan tidak mungkin bilangan itu genap juga ganjil, tapi harus salah satunya, bilangan itu ganjil atau genap. Qadliyyah syartiyyah mani'atul jam'i adalah dimana tidak mungkin bersatu muqaddam dan tali pada sesuatu akan tetapi mungkin meniadakan keduanya. Contoh, sesuatu ini hitam atau putih, tidak mungkin sesuatu itu putih juga hitam, tapu mungkin saja sesuatu itu tidak putih juga tidak hitam tapi warna yang lain. Qadliyyah syartiyyah mani'atul khuluw  adalah dimana mungkin bersatu muqaddam dan tali pada sesuatu akan tetapi tidak mungkin meniadakan keduanya. Contoh, sesuatu ini bukan putih atau bukan hitam, maka mungkin saja sesuatu itu tidak hitam juga tidak putih, tapi tidak mungkin sesuatu itu hitam juga putih.

    Silogisme (Qiyas) dan Generalisasi (Istiqrai)

    Silogisme



Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (Qadliyyah) dan sebuah konklusi (kesimpulan, natijah).

Silogisme terdiri dari; Silogisme Katagorik (Qiyas Iqtirani), Silogisme Hipotetik (Qiyas Istitsnai Ittishali) dan Silogisme Disyungtif (Qiyas Istitsnai Infishali).

-          Silogisme Katagorik (Qiyas Iqtirani)

Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik (qadliyyah hamliyyah). Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis (Muqaddamah) yang kemudian dibagi dua menjadi premis mayor (Muqaddamah Kubra) dan premis minor (Muqaddamah Shughra). Sedang yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term, ausath). Silogisme Katagorik mepunyai empat bentuk :

    Bentuk pertama; Term penengah menjadi yang menerangkan (mahmul) pada premis minor dan menjadi yang diterangkan (Maudu') pada premis mayor. Contoh :

Premis minor  : Semua besi adalah tembaga (term penengah)

Premis mayor : Semua tembaga  (term penengah) akan mencair jika dipanaskan .

Konklusi           : Semua besi akan mencair jika dipanaskan.

Agar bentuk pertama ini menghasilkan konklusi maka premis minornya harus positif dan premis mayornya universal, maka :

-          Jika kedua premisnya positif universal (mujabah kulliyyah) maka konklusinya positif universal.

-          Jika premis minor positif partikular (mujabah juziyyah) dan premis mayor positif universal maka konklusinya positif partikular.

-          Jika premis minor positif universal dan premis mayor negatif universal (salibah kulliyyah) maka konklusinya negatif universal.

-          Jika premis minor positif partikular dan premis mayor positif universal maka konklusinya negatif partikular (salibah juziyyah).

    Bentuk kedua; Term penengah menjadi yang menerangkan (mahmul) pada kedua premisnya. Contoh :

Premis minor  : Semua Manusia adalah hewan (term penengah)

Premis mayor : Tidak satupun dari batu adalah hewan (term penengah).

Konklusi           : Tidak satupun dari manusia adalah batu.

Agar bentuk kedua ini menghasilkan konklusi, maka kedua premisnya harus berbeda dalam positif dan negatif, dan premis mayornya harus universal. Maka :

-          Jika premis minor positif universal dan premis mayor negatif universal maka konklusinya negatif universal.

-          Jika premis minor negatif universal dan premis mayor positif universal maka konklusinya negatif partikular.

-          Jika premis minor positif partikular dan premis mayor negatif universal maka konklusinya negatif partikular.

-          Jika premis minor negatif partikular dan premis mayor positif universal maka konklusinya negatif partikular.

    Bentuk ketiga; Term penengah menjadi yang diterangkan (maudu') pada kedua premisnya. Contoh :

Premis minor  : Semua manusia (term penengah) adalah hewan.

Premis mayor : Semua manusia (term penengah) berpikir.

Konklusi           : Sebagian dari hewan berpikir.

Agar bentuk ketiga ini menghasilkan konklusi, maka premis minornya harus positif dan pada salah satu dari kedua premisnya harus ada yang universal. Maka :

-          Jika kedua premisnya positif universal maka konklusinya positif partikular.

-          Jika premis minor positif universal dan premis mayor negatif universal maka konklusinya negatif partikular.

-          Jika premis minor positif partikular dan premis mayor positif universal maka konklusinya positif partikular.

-          Jika premis minor positif universal dan premis mayor positif partikular maka konklusinya positif partikular.

-          Jika Premis minor positif universal dan premis mayornya negatif partikular maka konklusinya negatif partikular.

-          Jika premis minornya positif partikular dan premis mayornya negatif universal maka konklusinya negatif partikular.

    Bentuk keempat; Term penengah menjadi yang diterangkan (maudu') pada premis minor dan menjadi yang menerangkan (mahmul) pada premis mayor. Contoh :

Premis minor  : Semua manusia (term penengah) adalah hewan.

Premis mayor : Semua yang berpikir adalah manusia (term penengah).

Konklusi           : Sebagian dari hewan berpikir.

Agar bentuk keempat ini menghasilkan konklusi, maka harus terpenuhi salah satu dari dua syarat berikut; pertama, Kedua premisnya harus positif dan premis minor universal. Kedua, salah satu dari kedua premisnya harus universal dan kedua premisnya harus berbeda dalam positif dan negatifnya. Maka :

-          Jika kedua premisnya positif universal maka konklusinya positif partikular.

-          Jika premis minor positif universal dan premis mayor positif partikular maka konklusinya positif partikular.

-          Jika premis minor negatif universal dan premis mayor positif universal maka konklusinya negatif universal.

-          Jika premis minor positif universal dan premis mayor negatif universal maka konklusinya negatif partikular.

-          Jika Premis minor positif partikular dan premis mayornya negatif universal maka konklusinya negatif partikular.

-          Jika premis minornya negatif partikular dan premis mayornya positif universal maka konklusinya negatif partikular.

-          Jika premis minornya positif universan dan premis mayornya negatif partikular maka konklusinya negatif partikular.

-          Jika premis minornya negatif universal dan premmis mayornya positif partikular maka konklusinya negatif partikular.

-          Silogisme Hipotetik (Qiyas Istitsnai Ittishali)

Silogisme Hipotetik adalah argumen yang premis pertama berupa proposisi hipotetik (qadliyyah syartiyyah muttashilah), sedangkan premis kedua adalah proposisi katagorik (qadliyyah hamliyyah).

 Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:

1. Silogisme hipotetik yang premis keduanya mengakui atau menetapkan bagian antecedent (muqaddam), maka konklusinya adalah konsekuen (tali), seperti:

Premis pertama    : Jika hujan (muqaddam), saya naik becak (tali).

Premis kedua        : Sekarang hujan.

Konklusi                 : Jadi saya naik becak.

2. Silogisme hipotetik yang premis keduanya mengakui bagian konsekuennya (tali), maka tidak ada konklusinya, seperti:

Premis pertama    : Bila hujan turun, bumi akan basah.

Premis kedua        : Sekarang bumi telah basah.

konklusi                 : tidak bisa disebutkan bahwa hujan telah turun, karena basahnya bumi bisa jadi bukan karena hujan.

3. Silogisme hipotetik yang premis keduanya mengingkari atau meniadakan antecedent, maka tidak ada konklusinya, seperti:



Premis pertama    : Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka

kegelisahan akan timbul.

Premis kedua        : Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,

Konklusi                 : tidak bisa disebutkan bahwa tidak adanya kegelisahan disebabkan oleh pelaksanaan politik pemerintahan tidak dengan paksa, bisa jadi karena hal lain.



4. Silogisme hipotetik yang premis keduanya nya mengingkari bagian konsekuennya (tali), maka konklusinya meniadakan antecedent (muqaddam) seperti:

premis pertama    : Jika dia adalah manusia maka dia hewan.

Premis kedua        : dia bukan hewan.

Konklusi                 : dia bukan manusia.

-          Silogisme Disyungtif (Qiyas Istitsnai Infishali)

Silogisme Disyungtif adalah silogisme yang premis pertamanya keputusan disyungtif (qadliyyah syartiyyah munfasilah) sedangkan premis keduanya kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis pertama.

    Jika premis pertama qadliyyah syartiyyah haqiqah (dimana tidak mungkin bersatu muqaddam dan tali pada sesuatu dan tidak mungkin meniadakan keduanya) dan premis keduanya menetapkan atau meniadakan salah satu dari muqaddam dan tali maka konklusinya ada 4 :

    jika premis keduanya menetapkan antecedent maka konklusinya meniadakan konsekuen. Contoh :

Bilangan ini adalah genap atau ganjil

Bilangan ini genap

Maka, Bilangan ini tidak ganjil

    Jika premis keduanya menetapkan konsekuen maka konklusinya meniadakan antecedent. Contoh :

Bilangan ini adalah genap atau ganjil

Bilangan ini ganjil

Maka, Bilangan ini tidak genap

    Jika premis keduanya meniadakan antecedent maka konklusinya mennetapkan konsekuen. Contoh :

Bilangan ini adalah genap atau ganjil

Bilangan ini tidak genap

Maka, Bilangan ini ganjil

    Jika premis keduanya meniadakan konsekuen maka konklusinya menetapkan antecedent. Contoh :

Bilangan ini adalah genap atau ganjil

Bilangan ini tidak ganjil

Maka, Bilangan ini genap

    Jika premis pertama qadliyyah syartiyyah mani'atul jam'i (dimana tidak mungkin bersatu muqaddam dan tali pada sesuatu akan tetapi mungkin meniadakan keduanya) dan premis keduanya menetapkan salah satu dari muqaddam dan tali maka konklusinya ada 2 :

    Jika premis keduanya menetapkan antecedent maka konklusinya meniadakan konsekuen. Contoh :

Ini adalah pohon atau batu.

Ini adalah pohon.

Maka, ini bukan batu.

    Jika premis keduanya menetapkan konsekuen maka konklusinya meniadakan antecedent. Contoh :

Ini adalah pohon atau batu.

Ini adalah batu.

Maka, ini bukan pohon.

    Jika premis pertama qadliyyah syartiyyah mani'atul khuluw (dimana mungkin bersatu muqaddam dan tali pada sesuatu akan tetapi tidak mungkin meniadakan keduanya) dan premis keduanya meniadakan salah satu dari muqaddam dan tali maka konklusinya ada 2 :

    Jika premis keduanya meniadakan muqaddam maka konklusinya menetapkan tali. Contoh :

Zaid sedang berada di air atau sedang tidak tenggelam.         

Zaid tidak sedang berada di air.

Maka, Zaid tidak sedang tenggelam.

    Jika premis keduanya meniadakan tali maka konklusinya menetapkan muqaddam. Contoh :

Zaid sedang berada di air atau sedang tidak tenggelam.         

Zaid sedang tenggelam.

Maka, Zaid sedang berada di air.

    Generalisasi (Istiqroi)

Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual (khusus) menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.

Macam-macam Generalisasi :

1.  Generalisasi sempurna (istiqroi tam) adalah generalisasi di mana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Contohnya setelah kita menyelediki seluruh siswa kelas 3 Aliyyah di Pesantren  Al-Firdaus, maka disimpulkan bahwa mereka mempunyai kebiasaan tidur setelah pukul 22.00.

2. Generalisasi tidak sempurna (istiqroi naqis) yaitu generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki. Contohnya menyelidiki sebagian Masisir yang membuka facebook diawal interaksi kesehariannya dengan internet, kemudian kita simpulkan bahwa seluruh Masisir suka memulai interaksi dengan internya dengan membuka situs facebook.

Metode berpikir induktif ini biasanya digunakan dalam penelitian atau riset, sedang metode berpikir deduktif biasanya digunakan dalam membuat konsep atau prinsip-prinsip dasar. (wallahu 'alam bisshawab)



Rujukan :

Khulashah ilmul mantiq, Asy-Syaikh Ad-Duktur Abdul Hadi Al-Fadli

http://dossuwanda.wordpress.com/2008/03/20/silogisme-dan-generalisasi-kajian-tugas-makalah/

Al-Mujiz fil Mantiq, Ayatullah Al-'Udhma Ash-Shadiq Al-Husaini Asy-Syairazi

Pengantar Logika, Rafael Raga Maran

http://id.wikipedia.org/wiki/Logika#Logika_sebagai_ilmu_pengetahuan

http://imtaq.com/definisi-dan-pengertian-ilmu-logika-kalam/

Mudzakarah fi Taisiril Mantiq, DR. Umar Abdullah Kamil

Ringkasan Ilmu Logika, HMIYAI

http://media.isnet.org/islam/Etc/Mantiq.html

Tuesday 10 April 2012

Siapa yang lebih bahagia ?

 Oleh : Uda Zami

Siapa yang lebih bahagia, pemberi sedekah atau penerima sedekah ? Sekilas terlihat bahwa hanya dari penerima lah terpancar senyum sumringah atas sedekah yang ia terima. Kebahagian terpancar dari wajah penerima sedekah saat tangannya menggenggam sedekah, lalu segepok doa dan rasa syukur serta terima kasih ia haturkan berulang-ulang. Terkadang malah kita lihat beberapa penerima sedekah menangis haru saat menerima sedekah lalu bergegas mencium punggung tangan orang yang telah bersedia menyisihkan nafkahnya itu. Episode seperti ini akan selalu kita lihat berulang kali dalam hidup kita.

***

Sedekah itu tanpa batas.  Nilai dan jumlahnya tak dibatasi, penerima sedekahnya juga tidak terbatas.  Artinya, penyedekah bisa memberikannya kepada siapa saja, dari yang terdekat hingga terjauh sekali pun.  Tak hanya itu, waktu untuk bersedekah pun tak pernah dibatasi.  Tak hanya di bulan-bulan tertentu saja, melainkan sepanjang waktu.  Selama seseorang mampu untuk bersedekah, baik di waktu sempit mau pun lapang, maka bersedekah dianjurkan.

 Nah, lantaran sedekah itu tanpa batas, maka tidak pernah dibatasi jumlah yang boleh disedekahkan.  Tidak ada nisab untuk sedekah, selama ia mampu maka teruslah bersedekah.  Tidak pernah ada ketentuan seseorang sudah boleh bebas tak bersedekah karena sudah terlalu sering bersedekah.  Dan yang terpenting, tidak pernah tertulis dalam sejarah ada orang yang jatuh miskin lantaran bersedekah.


***

 Sedekah itu ibadah yang unik. Unik karena ini satu-satunya investasi dengan tingkat laba yang pasti berlipat. Teori dalam Islam mengajarkan bahwa harta yang disedekahkan itu minimal akan digandakan 10 kali lipat (teori amalan kebaikan). Dalam teori lain disebutkan bahwa menginfakkan harta di jalan Allah itu ibarat menanam biji sawi yang berantingkan 7 tangkai dan setiap tangkai menumbuhkan 100 biji sawi. Artinya tiada yang sia-sia saat kita mengeluarkan harta kita untuk bersedekah. Soal kapan laba dari sedekah itu kita terima, serahkan saja pada Allah kapan waktu terbaiknya. Bisa jadi cepat, bisa jadi agak lambat, atau bisa jadi malah diinvestasikan semuanya hingga hasilnya dirasa di Akhirat kelak.


***

 Dalam sedekah ada pendidikan. Pendidikan bagi si Pemberi sedekah untuk menumbuhkan keyakinan akan janji Allah. Pendidikan untuk selalu respon terhadap gejala dan kebutuhan saudara di sekitarnya. Pendidikan dan latihan diri untuk berani berkorban menyisihkan harta yang telah  susah payah ia usahakan lalu ia berikan sebagiannya untuk penerima sedekah. Dan yang utama, Pendidikan Syukur. Syukur bahwa ia tidak termasuk para peminta sedekah dan syukur ia masih memiliki kelebihan harta untuk disedekahkan.

 Bagi si penerima sedekah sendiri, menerima sedekah adalah pendidikan untuk bersyukur atas nikmat Allah dan sabar atas ujiannya. Syukur disini tidak hanya berhenti di lisan, namun ada sebuah tekad tersembunyi agar di masa datang namanya akan masuk dalam daftar pemberi sedekah,bukan (lagi) sebagai penerima.

 ***


Bersedekah itu harus cerdas. Tugas si Pemberi Sedekah semestinya tidak mentok hanya sekedar memberi saja. Namun si pemberi sedekah juga harus memikirkan bagaimana caranya memberdayakan si penerima agar ke depan ia tidak lagi berkutat dalam dunia penerima sedekah. Dengan bersedekah, si pemberi harus mulai membentuk mental si penerima sedekah, agar ke depan ia bisa mendaya-gunakan sedekahnya dengan baik. Paling tidak untuk beberapa waktu ia tidak lagi meminta-minta walau belum mampu menjadi golongan pemberi sedekah.


Sedekah bukan sekadar menaruh uang di kotak amal.  Atau mengumpulkan para fakir miskin, anak yatim, kemudian membagi-bagikan amplop, lantas selesai.  Para pemberi sedekah tak selesai kewajibannya hanya sampai sebatas memberi.  Ada kewajiban lainnya, yakni tak membiarkan penerima sedekah menjadi orang-orang yang berketergantungan dengan sedekah.  Jangan sampai ada orang yang 'menikmati' hidup dengan pemberian orang lain.  Ada kewajiban bagi pemberi sedekah, yakni membuat penerima sedekah itu menjadi orang-orang yang berdaya.  Setidaknya hingga mereka sanggup mencapai tingkatan tak lagi bergantung pada sedekah dan bisa menghidupi diri dan keluarganya sendiri.

 ***

 Jadi siapakah yang semestinya lebih bahagia ? pemberi kah atau penerima ? dengan bersedekah, pemberi sedekah telah memiliki Laba yang pasti akan ia peroleh karena Allah sendiri yang akan membalasnya. Siapa yang tidak bahagia dengan kepastian janji Allah ?

 Dengan bersedekah, pemberi sedekah juga mendapatkan ketenangan hati dan rasa bahagia tatkala menyaksikan senyum tulus orang-orang yang menerima sedekahnya. Dengan bersedekah, ia bahagia karena telah berhasil membuktikan rasa Syukur pada Tuhannya. Dengan bersedekah, hartanya pun berlipat ganda.  Dengan sedekah, ia akan masuk dalam golongan yang mendapatkan manfaat sedekah seperti diberi kesehatan, dijauhkan dari mara bahaya dan tenang jiwanya.

 Sedekah yang hanya memberikan satu manfaat untuk penerimanya ternyata memberikan lebih banyak manfaat bagi si pemberi.

Lalu masihkah harus dijelaskan siapa yang lebih bahagia ?

Saturday 7 April 2012

Solihin Ma'ruf nakhodai PII Mesir periode 2012-2013

Jum'at (06/04),Perwakilan Pelajar Islam Indonesia (PII) Republik Arab Mesir Mengadakan Konferensi Perwakilan (Konper) VIII di Aula Baruga Kerukunan Keluarga Sulawesi. Konferensi yang mengambil tema “Akselerasi Pergerakan Pelajar Islam Indonesia dalam membangun Bangsa” dimulai pada pukul 15.00 Waktu Kairo dan dibuka langsung oleh Presiden PPMI Mesir, saudara Abu Nashar Bukhori,Lc. Dalam sambutannya, Presiden PPMI mengajak Kader PII Mesir untuk Mengapresiasi PII karena dikenal sebagai organisasi 'unik'. Hal ini mengingat bahwa PII seringkali menelorkan banyak kader yang beraktifitas dan menjadi penggerak di banyak organisasi. Abu Nashar juga mengajak kader PII Mesir untuk bahu membahu memberikan manfaat untuk Mahasiswa Indonesia yang ada di Mesir secara khusus dan Umat Islam secara umum.Acara pembukaan Konper VII PII Mesir ini juga diisi dengan pembacaan puisi oleh rumah akar budaya.

Setelah acara pembukaan,agenda Konferensi memasuki sidang pleno I yang membahas tentang tata tertib konferensi,tentatif acara dan pemilihan presidium sidang.Terpilih sebagai presidium sidang saudara M.Rois udin (kader asal Jawa Timur), Deska Irwansyah (Kader asal Banten) dan Saudari Riri Hanifah Wildani (Kader asal Sumatera Barat). Dalam Sidang Pleno II LPJ pengurus perwakilan PII Mesir periode 2008-2010 pun dibacakan dan kemudian ditanggapi oleh peserta konferensi.Zamzami saleh selaku ketua umum Perwakilan PII Mesir periode 2010-2012 dalam LPJ nya menyebutkan kendala terbesar yang dihadapi oleh Pengurus periode tersebut adalah dampak Revolusi Mesir yang menghambat kegiatan serta adanya perubahan karakter sosial mahasiswa yang menjadi lahan garap PII. LPJ PII Mesir Periode 2010-2012  akhirnya diterima dengan catatan harus memperbaiki beberapa kesalahan dalam pengetikan LPJ. Jajaran pengurus pun resmi Demisioner.

Agenda kemudian dilanjutkan dengan sidang pleno III yang membahas Garis Besar Haluan Organisasi untuk periode 2012-2013 serta rekomendasi Internal dan eksternal. Sidang ini berlangsung alot ketika terjadi pembahasan posisi Language Community (LC) yang sebelumnya sebagai Badan Khusus menjadi di Bawah Departemen Bahasa. Voting pun terjadi dan akhirnya memutuskan bahwa LC berada dibawah koordinasi departemen bahasa. Dalam Sidang Pleno III ini juga dibahas kriteria calon ketua umum periode 2012-2013.

Sidang pleno IV pun dilaksanakan dengan agenda pemilihan dewan formatur dan Ketua Umum Periode 2012-2013. Pemilihan dewan formatur berhasil memilih 5 orang anggota dewan formatur yang terdiri dari Solihin Ma'ruf, Abdul Murad, Asep Rifqi, M.Andhika Sakali dan Zamzami saleh. Konper VIII PII mesir akhirnya mengamanahkan Kepemimpinan PII Mesir periode 2012-2013 kepada Solihin Ma'ruf, kader PII asal Banten yang pada tahun 2010 lalu sempat mengikuti Muktamar Nasional PII di Anyer, Banten.

Konper VIII PII mesir akhirnya ditutup secara resmi pada Pukul 02.00 malam waktu kairo. Dalam sambutannya, Solihin mengajak seluruh kader PII Mesir untuk bahu membahu dalam membesarkan PII Mesir dan menjadikan PII Mesir sebagai media aktualisasi diri dan tempat belajar sebagaimana yang termaktub dalam catur bakti PII.(UZ)

Wednesday 4 April 2012

Al-Mabadi’ Al-Asyarah ; perkenalan tentang dasar-dasar disiplin ilmu.

Bagian.1 

Oleh : Uda Zami

Pendahuluan

Tak kenal maka tak sayang, ungkapan yang sangat ma’ruf terdengar di telinga kita ini ternyata banyak  juga benarnya. Perkenalan yang menyeluruh terhadap sesuatu biasanya akan mengantarkan kita untuk menyayangi hal tersebut. Begitu juga dalam masalah ilmu. Pengetahuan kita tentang ‘apa sih’ sebuah ilmu biasanya akan menimbulkan rasa penasaran untuk lebih menggali lagi ilmu tersebut. Sebaliknya, jika kita tidak tahu banyak tentang apa saja yang dibahas dalam sebuah ilmu, biasanya akan menimbulkan kejenuhan dan kebosanan sehingga ilmu pun akhirnya mampir hanya sebatas hafalan buat ujian.

Persoalannya, seringkali dalam mempelajari sebuah ilmu, kita terjebak untuk langsung membaca dan menggali referensi tentang ilmu tersebut tanpa melalui dulu proses ta’aruf  dengan ilmu tersebut. Akhirnya penggalian ilmu tersebut seringkali mandeg dan stagnan akibat kita sendiri belum memiliki pemahaman dasar dan menyeluruh terhadap ilmu tersebut. Hal ini mungkin menjadi salah satu penyebab kenapa ilmu-ilmu terutama yang membahas hal-hal ushul dalam agama menjadi tidak menarik.

Di beberapa pondok pesantren yang memang khusus mempelajari ilmu tentang hal-hal pokok dalam islam, perkenalan tentang dasar-dasar sebuah ilmu sering kali dilewatkan. Tuntutan kurikulum seringkali menjadi alibi untuk tidak mengajarkan dasar-dasar sebuah ilmu. Akibatnya fatal, santri belajar hanya demi ‘angka-angka’, bukan karena kemuliaan dan keberkahan ilmu tersebut. Implikasinya, ilmu pun seolah menguap dari kepala ketika selesai ujian karena ia hanya menjadi bahan hafalan, bukan sebagai proyek dinamisasi ilmu.

Oleh karena itu, tulisan-tulisan mendatang, mencoba untuk menjelaskan secara ringkas tentang pengenalan dasar-dasar ilmu tentang hal-hal pokok dalam islam. Perkenalan tersebut, dikalangan ilmuwan islam terkenal dengan istilah Al-Mabadi’ Al-Asyarah atau sepuluh hal pokok yang mesti dikenal oleh seorang pelajar sebelum ia lebih jauh menggali dan berdinamisasi dengan disiplin ilmu tersebut. Tulisan-tulisan selanjutnya juga akan membahas tentang kitab-kitab apa saja yang cocok untuk dijadikan referensi utama sebuah disiplin ilmu.

Mengenal  Al-Mabadi’ Al-‘Asyarah

Al-Mabadi’ Al-‘Asyarah adalah sebuah istilah yang dipakai oleh ilmuwan untuk menjelaskan 10 hal pokok tentang sebuah ilmu yang harus diketahui oleh para penuntutnya. 10 Hal tersebut dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Ali Ash-Shobban Al-Mishri, pengarang kitab Hasyiah ‘ala Syarh Al-Asymuni ‘ala Matni Alfiyah Ibn Malik fi An-nahw (wafat 1206 H) lewat nazhom (syair) sebagai berikut :

إن مبادئ كل علــــم عشرة***الحـــــد والموضوع ثم الثمرة
ونسبة وفضله والواضــــع***الاسم الاستمداد حكم الشــــارع
مســائل والبعض بالبعض اكتفى***ومن درى الجميع حاز الشـــرفا

“Sesungguhnya mabadi’/dasar setiap ilmu itu ada 10 yaitu Al-Had (defenisi), Al-Maudhu’ (pokok bahasan), Ats-Tsamroh (Hasil yang diperoleh), Nisbah (Nilai ilmu tersebut), fadl (keutamaan ilmu tersebut), Wadi’ (peletak dasar ilmu), Ism (Nama ilmu tersebut), Al-Istimdad (Dasar pengambilan ilmu), Hukum Asy-syari’ (hukum ilmu tersebut berdasarkan tinjauan syariah), dan Masail (masalah apa saja yang dibahas dalam ,dengan dan oleh ilmu tersebut).  Sebagian mabadi’ menjadi cukup dengan sebagian yang lain. Siapa yang yang menguasai dan memahami semua mabadi’ tersebut akan memperoleh kedudukan yang mulia”

Syaikh Abu Abbas, Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Yahya At-Tilmisani Al-Maliki (wafat 1040 H), menyebutkan tentang kedudukan dan pentingnya mengenal Al-Mabadi’ Al-‘Asyarah bagi seorang pelajar ilmu lewat syairnya :

مَـــــن رامَ فنـــاً فلْيُقدّمَ أولا***علماً بحده وموضوعٍ تـــــــلا
وواضــــــعٍ ونِسْبةٍ وما استمدّْ***منه وفضلِه وحكمٍ يُعتمـــــــدْ
واســـــــمٍ وما أفادَ والمسائلْ***فتلك عشرٌ للـمُـنى وســـــائلْ
وبعضُهم منها على البعض اقتصرْ***ومَـــن يكنِ يدري جميعَها انتصرْ

“Siapa yang ingin memasuki dunia sebuah disiplin ilmu pengetahuan, maka pertama kali ia harus tahu tentang defenisi dan apa saja yang dikaji oleh ilmu tersebut. Lalu ia harus mengetahui siapa peletak dasar ilmu tersebut, apa kedudukannya serta dari mana dasar pengambilan ilmu tersebut. Lalu ia juga harus tahu keutamaan yang diperoleh oleh seseorang yang menguasai ilmu tersebut serta apa hukumnya dalam pandangan islam. Kemudian ia juga harus tahu apa saja nama bagi disiplin ilmu tersebut, faedah mempelajarinya serta masalah apa saja yang akan dibahas dalam, dengan dan oleh ilmu tersebut. 10 hal inilah yang akan menyampaikan seseorang kepada cita-citanya. Siapa yang hanya mengetahui sebagian hal saja akan merasa kurang. Sedangkan yang mengetahui semuanya akan menang.”

10 Mabadi’ atau dasar-dasar pokok tentang sebuah disiplin ilmu tersebut adalah :

  1. Al-had / defenisi : Defenisi ilmu tersebut serta apa saja yang membedakannya dari disiplin ilmu yang lain
  2. Al-Madhu’/ Pokok bahasan :  Menjelaskan tentang apa saja yang akan dibahas dalam disiplin ilmu tersebut.
  3. Ats-Tsamrah / Hasil : Faedah dan hasil apa yang akan diperoleh oleh penuntut ilmu tersebut.
  4. Nisbah / Nilai ilmu : Nilai ilmu tersebut dalam pandangan Syari’at serta apa saja manfaat menuntut ilmu .
  5. Fadl / Keutamaan : Keutamaan mempelajari disiplin ilmu tersebut.
  6. Wadhi’ / Peletak dasar ilmu tersebut
  7. Isim / nama : Apa saja nama yang diberikan oleh para ilmuwan pada ilmu tersebut.
  8. Istimdad / Dasar ilmu : Apa saja yang menjadi dasar ilmu tersebut.
  9. Hukum : Apa hukum ilmu tersebut dalam pandangan syariat dan apa hukum mempelajarinya
  10. Masail / masalah : Masalah apa saja yang akan dibahas oleh ilmu tersebut, Lalu apa saja hal yang menjadi wilayah pembahasan ilmu tersebut.

Inilah 10 hal pokok yang mesti diketahui oleh seorang pelajar sebelum masuk lebih jauh dalam bahasan sebuah disiplin ilmu. 10 hal ini juga yang akan membuat seorang penuntut ilmu untuk selalu adil dan tekun dalam menuntut ilmu serta menyandarkan niatnya hanya karena Allah ta’ala. Tulisan mendatang akan mencoba menjelaskan secara ringkas tentang Al-Mabadi’ Al-‘Asyarah masing-masing ilmu serta beberapa kita dasar yang cocok sebagai bahan referensi ilmu tersebut. Semoga penulisan masalah ini dimudahkan oleh Allah dan selalu diberi petunjuk olehNya.

Wallahu a’lam bish-showab


Ibrahim al-Bajuri, Ulama produkif penyebar Akidah Ahlusunnah wal Jama'ah Manhaj Asya'irah

Bagi kalangan pelajar santri pondok salaf di Indonesia serta mahasiswa yang sedang menimba ilmu di Timur tengah, nama Imam Ibrahim al-Bajuri bukanlah nama yang asing di telinga. Kitab Hasyiyah Tahqiqul Maqom ‘ala Risalati Kifayatil Awwam, kitab Tuhfatul Murid ‘ala Jawharah at-Tauhid serta kitab Hasyiah Al-Bajuri ‘ala matan Abi Syuja’ adalah buah tangan beliau yang sejak dahulu sampai sekarang menjadi referensi utama di kalangan pelajar ilmu agama.

Nama lengkap beliau adalah Ibrahim al-Bajuri bin Syaikh Muhammad al-Jizawi bin Ahmad. Beliau diberi gelar dengan Burhanuddin artinya bukti agama, sebuah gelar yang lazim disematkan kepada para Ulama besar dulunya (bahkan hingga sekarang). Beliau dilahirkan pada tahun 1198 H/1783 M di desa Bajur, sebuah desa di Provinsi Al-Manjufiyah, Mesir.

Beliau lahir dan tumbuh di keluarga yang memegang teguh Islam sebagai pedoman hidup. Orang tuanya pun terkenal sebagai orang alim dan saleh. Sebab itulah beliau senantiasa dididik dengan ilmu agama. Pada masa kecilnya beliau telah belajar al-qur’an dan memperbaiki kualitas bacaannya dengan bimbingan ayahnya sendiri.

Pada tahun 1212 Hijriyah, beliau berangkat ke Al-Azhar dan menimba ilmu disana. Waktu itu umur beliau baru masuk 14 tahun. Namun setahun kemudian (1213 H/1798 M) , tentara penjajah Perancis menduduki Mesir yang membuat Syaikh Ibrahim keluar dari Al-Azhar dan menetap di daerah Giza selama beberapa tahun. Beliau baru kembali lagi ke Al-Azhar pada tahun 1216 H/1801 M setelah tentara Perancis keluar dari Mesir.

Guru-guru beliau

Selama di Al-Azhar, Syaikh Ibrahim sangat giat dan tekun dalam mengikuti pembelajaran dengan para gurunya. Diantara guru-guru beliau selama belajar di Al-Azhar :


1 - Al-Allamah Syaikh Muhammad al-Amir al-Kabir al-Maliki. Beliau seorang ulama terkenal di Mesir, terutama karena beliau memiliki ketinggian sanad dalam ilmu. Seluruh ulama mesir ketika itu mengambil ijazah dan sanad kepada beliau, bahkan sampai sekarang mata rantai sanad masih tetap kepada beliau.

2 – Al-Allamah Abdullah asy-Syarqawi. Beliau merupakan ulama yang alim dan terkenal di Mesir dan di dunia islam. Karangannya yang banyak membuat nama beliau meroket di seantero dunia. Terlebih lagi beliau mendapat jabatan memimpin al-Azhar dan menjadi Syaikhul Azhar ( kedudukan yang tertinggi di al-Azhar ).

3- Syaikh Daud al-Qal`i, seorang ulama yang bijak dan arif.

4 - Syaikh Muhammad al-Fadhali, ulama al-Azhar yang alim dan sangat mempengaruhi jiwa Syaikh Ibrahim al-Bajuri.

5 - Syaikh al-Hasan al-Quwisni. Beliau adalah seorang ulama yang hebat sehingga di beri tugas untuk menduduki kursi kepemimpinan al-Azhar dan dilantik menjadi Syaikhul azhar pada masanya.

Ulama Produktif

Sebagai seorang ulama, beliau terkenal sangat produktif menghasilkan karya-karya yang berkualitas. Hal ini tentu saja disebabkan kepintaran dan kecerdasan serta kedalaman ilmu beliau. Diantara karya beliau :

1 - Hasyiyah Ala Risalah Syaikh al-Fadhali. Kitab ini adalah karangan pertama beliau yang dikarang saat beliau baru berusia sekitar 24 tahun. Kitab ini merupakan ulasan dan penjelasan makna  “La Ilaha Illa Allah” .

2 - Hasyiyah Tahqiqi al-Maqam `Ala Risalati Kifayati al-`Awam Fima Yajibu Fi Ilmi al-Kalam. Kitab ini selesai dikarang pada tahun 1223 hijriyah. Kitab ini sangat masyhur di kalangan pelajar Santri pondok Salaf di Indonesia.

3 - Fathu al-Qaril al-Majid Syarh Bidayatu al-Murid (1224 H)

4 - Hasyiyah Ala Maulid Musthafa Libni Hajar (1225 H)

5 - Hasyiyah `Ala Mukhtasor as-Sanusi (1225 H)

6 - Hasyiyah `Ala Matni as-Sanusiyah (1227 H)

7 - Tuhfatu al-Murid `Ala Syarhi Jauharatu at-Tauhid Li al-Laqqani (1234 H). Kitab ini merupakan diktat wajib untuk mata kuliah ilmu tauhid di Universitas Al-Azhar.

8 - Tuhfatu al-Khairiyah `Ala al-Fawaidu asy-Syansyuriyah Syarah al-Manzhumati ar-Rahabiyyah Fi al-Mawarits (1236 H)

9 - Ad-Duraru al-Hisan `Ala Fathi ar-Rahman Fima Yahshilu Bihi al-Islam Wa al-Iman (1238 H)

10 - Hasyiyah `Ala Syarhi Ibni al-Qasim al-Ghazzi `Ala Matni asy-Syuja`i (1258 H). Kitab ini sangat masyhur di kalangan pelajar Fiqh Syafi’i. Sampai hari ini, kitab Hasyiyah Bajuri ini masih menjadi mata pelajaran wajib di Majelis Talaqi Masjid Al-Azhar Asy-Syarif. Kitab ini juga dipelajari di Pondok Salaf di Indonesia.

11 - Dan lain-lainnya.

Kebanyakan kitab beliau banyak mengenai masalah Akidah. Beliau termasuk salah seorang ulama yang giat dalam menyebarkan Akidah Ahlusunnah wal Jama’ah sesuai manhaj Imam Abu Hasan Al-Asy’ari ( Asya’iroh ), sesuai dengan Manhaj yang dipertahankan Al-Azhar Asy-Syarif hingga saat ini. Selain masalah akidah, beliau juga mempunyai banyak karangan di lintas disiplin ilmu seperti Fiqh, Ushul Fiqh, Hadits, dan lain-lain.

Diangkat menjadi Syaikhul al-Azhar

Ketinggian dan kedalaman ilmu beliau mengantarkan beliau menjadi salah seorang tenaga pendidik di Al-Azhar. Beliau yang sangat terkenal tekun dan ikhlas dalam mengajar dan mendidik, akhirnya diangkat menjadi Syaikh Al-Azhar, posisi paling tinggi dan prestisius di lembaga Al-Azhar. Beliau diangkat pada tahun 1263 H menggantikan Syaikh Ahmad Abdul Jawwad Ad-Daumi Asy-Syafi’i. Beliau memangku amanah tersebut hingga akhirnya

Wafatnya Syaikh Ibrahim al-Bajuri

Beliau berpulang ke Rahmatullah dengan tenang dan Ridha pada Hari Kamis, 28 Dzulqa’dah 1276 H/19 Juli 1860 M. Beribu pelayat hadir untuk ikut menyolatkan beliau. Beliau dishalatkan di Masjid Al-Azhar Asy-Syarif dan dikuburkan di kawasan Qurafah Al-Kubra.a

Referensi :
·         Khitat At-Taufiqiyyah Al-Jadidah, Ali Basya Mubarak, Maktabah Usroh 2008
·         Hilyatu Al-Basyar fi Tarikh Al-Qarni Ats-Tsalits ‘Asyar, Syaikh Abdurrazaq Al-Baithar, Dar As-Shodir, Beirut 1413-1993.






Tuesday 3 April 2012

Menemukan kebahagiaan

Oleh : Uda Zami

Hampir seluruh usaha yang kita lakukan di dunia ini mempunyai motif yang sama yakni Kebahagiaan. Kebahagiaan adalah alasan sederhana kita kenapa kita bekerja, memenuhi nafkah pribadi dan keluarga, beribadah kepada Allah, menyayangi sesama dan Usaha positif lainnya. Persoalan muncul ketika kita bahkan belum merasakan kebahagiaan tatkala semua tujuan usaha kita telah tercapai. Kisah dibawah ini mungkin menarik untuk diambil sebagai pelajaran, bahwa bahagia itu bukan tentang apa yang kita cari, namun bersyukur atas apa yang kita miliki.

***
 
Suatu ketika, terdapat seorang pemuda di tepian telaga. Ia tampak termenung. Tatapan matanya kosong, menatap hamparan air di depannya.Seluruh penjuru mata angin telah di lewatinya, namun tak ada satupun titik yang membuatnya puas. Kekosongan makin senyap, sampai ada suara yang menyapanya. Ada orang lain disana.

"Sedang apa kau disini anak muda?" tanya seseorang.

Rupanya ada seorang kakek tua. "Apa yang kau risaukan..?" Anak muda itu menoleh ke samping, "Aku lelah Pak Tua. Telah berkilo-kilo jarak yang kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku telah berlari melewati gunung dan lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku.Kemana kah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?"

Kakek Tua duduk semakin dekat, mendengarkan dengan penuh perhatian.Di pandangnya wajah lelah di depannya. Lalu, ia mulai bicara, "di depan sana, ada sebuah taman. Jika kamu ingin jawaban dari pertanyaanmu,tangkaplah seekor kupu-kupu buatku",  Mereka berpandangan."Ya...tangkaplah seekor kupu-kupu buatku dengan tanganmu" sang Kakek mengulang kalimatnya lagi.

Perlahan pemuda itu bangkit. Langkahnya menuju satu arah, taman. Tak berapa lama, dijumpainya taman itu. Taman yang yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga yang bermekaran. Tak heran, banyak kupu-kupu yang berterbangan disana. Sang kakek, melihat dari kejauhan, memperhatikan tingkah yang diperbuat pemuda yang sedang gelisah itu. Anak muda itu mulai bergerak. Dengan mengendap-endap, ditujunya sebuah sasaran. Perlahan. Namun, Hap! sasaran itu luput. Dikejarnya kupu- kupu itu ke arah lain. Ia tak mau kehilangan buruan.Namun lagi-lagi. Hap!. Ia gagal. Ia mulai berlari tak beraturan.Diterjangnya sana-sini. Ditabraknya rerumputan dan tanaman untukmendapatkan kupu-kupu itu. Diterobosnya semak dan perdu di sana.Gerakannya semakin liar. Adegan itu terus berlangsung, namun belum ada satu kupu-kupu yang dapat ditangkap. Sang pemuda mulai kelelahan.Nafasnya memburu, dadanya bergerak naik-turun dengan cepat.

Sampai akhirnya ada teriakan, "Hentikan dulu anak muda. Istirahatlah. " Tampak sang Kakek yang berjalan perlahan. Tapi lihatlah, ada sekumpulan kupu-kupu yang berterbangan di sisi kanan-kiri kakek itu. Mereka terbang berkeliling, sesekali hinggap di tubuh tua itu. "Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Berlari dan menerjang? Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?" Sang Kakek menatap pemuda itu.

"Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu.Semakin kau terjang, semakin ia akan menghindar. Semakin kau buru,semakin pula ia pergi dari dirimu.", "Namun, tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu. Karena kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau genggam, atau sesuatu yang dapat kau simpan.Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu.Ia tak akan lari kemana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering datang sendiri."


Kakek Tua itu mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba, tampak seekor kupu-kupu yang hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Pesonanya begitu mengagumkan, kelopak sayap yang mengalun perlahan, layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya.


***

Mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu. Sulit,bagi mereka yang terlalu bernafsu, namun mudah, bagi mereka yang tahu apa yang mereka cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang sana- sini, menabrak sana-sini, atau menerobos sana-sini untuk mendapatkannya.Kita dapat saja mengejarnya dengan berlari kencang, ke seluruh penjuru arah. Kita pun dapat meraihnya dengan bernafsu, seperti menangkap buruan yang dapat kita santap setelah mendapatkannya. Namun kita belajar. Kita belajar bahwa kebahagiaan tak bisa di dapat dengan cara-cara seperti itu. Kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat di genggam atau benda yang dapat disimpan.

Bahagia adalah udara, dan kebahagiaan adalah aroma dari udara itu. Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada dalam hati. Semakin kita mengejarnya, semakin pula kebahagiaan itu akan  pergi dari kita. Semakin kita berusaha meraihnya, semakin pula kebahagiaan itu akan menjauh.

Cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hati kita. Biarkanlah rasa itu menetap, dan abadi dalam hati kita. Temukanlah kebahagiaan itu dalam setiap langkah yang kita lakukan. Dalam bekerja, dalam belajar, dalam menjalani hidup kita.Dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi dan dalam riuh. Temukanlah bahagia itu, dengan perlahan, dalam tenang, dalam ketulusan hati kita. Kita harus percaya, bahagia itu ada dimana-mana. Rasa itu ada di sekitar kita. Bahkan mungkin, bahagia itu "hinggap" di hati kita, namun kita tak pernah memperdulikannya. Mungkin juga, bahagia itu berterbangan di sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya.

Pribadi yang bahagia adalah pribadi yang menyadari akan sebuah rasa indah yang diletakkan Allah pada hatinya. Rasa yang sebenarnya selalu ada, namun kadang manusia lupa. Bahagia bukanlah tentang apa yang kita cari , tapi memaknai apa yang dimiliki. Coba lihat disana, bahagianya seorang tukang ojek yang dibayar penumpang sebesar Rp.5000, ternyata sama dengan rasa bahagia seorang pengusaha yang menang tender Rp.3 milyar ???





Sunday 1 April 2012

Seperti Monyet

Foto: Googleimage
Dari sebuah artikel, ada info menarik tentang teknik berburu monyet di hutan-hutan Afrika. Caranya begitu unik. Sebab, teknik itu memungkinkan si pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup tanpa cedera sedikitpun. Maklum, ordernya memang begitu. Rencananya, monyet-monyet itu akan digunakan sebagai hewan percobaan atau binatang sirkus di Amerika.

Cara menangkapnya sederhana saja. Sang pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang dan sempit. Toples itu diisi kacang yang telah diberi aroma tertentu. Tujuannya,agar mengundang monyet-monyet datang. Setelah diisi kacang, toples-toples itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut toples dibiarkan tanpa tutup.

Para pemburu melakukannya di sore Hari. Besoknya, mereka tinggal meringkus monyet-monyet yang tangannya terjebak di dalam botol tak bisa dikeluarkan. Kok, bisa? Tentu Kita sudah tahu jawabnya.

Monyet-monyet itu tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan tangan untuk mengambil kacang-kacang yang Ada di dalam. Tapi karena menggenggam kacang, monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya Selama mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat untuk diangkat. Jadi, monyet-monyet itu tidak akan dapat pergi ke mana-mana !


***


Mungkin Kita akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet-monyet itu. Tapi, tanpa sadar sebenarnya Kita mungkin sedang menertawakan diri sendiri. Ya, kadang Kita bersikap seperti monyet-monyet itu. Kita mengenggam erat setiap permasalahan yang Kita miliki layaknya monyet mengenggam kacang.

Kita sering mendendam, tak mudah memberi maaf, tak mudah melepaskan maaf. Mulut mungkin berkata " saya ikhlas", tapi bara amarah masih Ada di dalam dada. Kita tak pernah bisa melepasnya.

Bahkan, Kita bertindak begitu bodoh, membawa "toples-toples" itu ke mana pun Kita pergi. Dengan beban berat itu, Kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, Kita sebenamya sedang terperangkap penyakit hati yang akut.

Sebenarnya monyet-monyet itu bisa selamat jika mau membuka genggaman tangannya. Andai mereka mau berkorban, melepaskan kacang yang sudah dalam genggaman, tentu mereka bisa mengangkat tangannya kembali dan menikmati hidup yang indah di hutan.

Begitu juga kita. Kita pun akan selamat dari penyakit hati jika sebelum tidur Kita mau melepas semua "rasa tidak enak" terhadap siapapun yang berinteraksi dengan Kita. Kita maafkan semua kesalahan yang telah dilakukan orang lain terhadap kita. Kita korbankan segala ego diri untuk memafkan. Memang berat, tapi ada keuntungan yang besar di baliknya. Memaafkan adalah cara terbaik untuk membuat hati ini kembali lapang.

Kecuali kalau kita tetap bersikeras untuk menahan semuanya dalam hati. Menyimpannya dan terus membuat diri kita berada dalam kebinasaan.Yah tak ubahnya seperti monyet.

“Allah tidak akan menambah kemaafan seseorang, melainkan dengan kemuliaan, dan tidaklah seseorang merendahkan dirinya karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatnya.” (H.R Bukhari dan Muslim)