Redaksi Menerima kiriman tulisan baik opini, artikel dan lain-lain
Tulisan bisa dikirim via email ke alamat : pwkpii.mesir@gmail.com
Jazakumullah khairan katsiran
Showing posts with label Life Style. Show all posts
Showing posts with label Life Style. Show all posts

Tuesday, 3 April 2012

Menemukan kebahagiaan

Oleh : Uda Zami

Hampir seluruh usaha yang kita lakukan di dunia ini mempunyai motif yang sama yakni Kebahagiaan. Kebahagiaan adalah alasan sederhana kita kenapa kita bekerja, memenuhi nafkah pribadi dan keluarga, beribadah kepada Allah, menyayangi sesama dan Usaha positif lainnya. Persoalan muncul ketika kita bahkan belum merasakan kebahagiaan tatkala semua tujuan usaha kita telah tercapai. Kisah dibawah ini mungkin menarik untuk diambil sebagai pelajaran, bahwa bahagia itu bukan tentang apa yang kita cari, namun bersyukur atas apa yang kita miliki.

***
 
Suatu ketika, terdapat seorang pemuda di tepian telaga. Ia tampak termenung. Tatapan matanya kosong, menatap hamparan air di depannya.Seluruh penjuru mata angin telah di lewatinya, namun tak ada satupun titik yang membuatnya puas. Kekosongan makin senyap, sampai ada suara yang menyapanya. Ada orang lain disana.

"Sedang apa kau disini anak muda?" tanya seseorang.

Rupanya ada seorang kakek tua. "Apa yang kau risaukan..?" Anak muda itu menoleh ke samping, "Aku lelah Pak Tua. Telah berkilo-kilo jarak yang kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku telah berlari melewati gunung dan lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku.Kemana kah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?"

Kakek Tua duduk semakin dekat, mendengarkan dengan penuh perhatian.Di pandangnya wajah lelah di depannya. Lalu, ia mulai bicara, "di depan sana, ada sebuah taman. Jika kamu ingin jawaban dari pertanyaanmu,tangkaplah seekor kupu-kupu buatku",  Mereka berpandangan."Ya...tangkaplah seekor kupu-kupu buatku dengan tanganmu" sang Kakek mengulang kalimatnya lagi.

Perlahan pemuda itu bangkit. Langkahnya menuju satu arah, taman. Tak berapa lama, dijumpainya taman itu. Taman yang yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga yang bermekaran. Tak heran, banyak kupu-kupu yang berterbangan disana. Sang kakek, melihat dari kejauhan, memperhatikan tingkah yang diperbuat pemuda yang sedang gelisah itu. Anak muda itu mulai bergerak. Dengan mengendap-endap, ditujunya sebuah sasaran. Perlahan. Namun, Hap! sasaran itu luput. Dikejarnya kupu- kupu itu ke arah lain. Ia tak mau kehilangan buruan.Namun lagi-lagi. Hap!. Ia gagal. Ia mulai berlari tak beraturan.Diterjangnya sana-sini. Ditabraknya rerumputan dan tanaman untukmendapatkan kupu-kupu itu. Diterobosnya semak dan perdu di sana.Gerakannya semakin liar. Adegan itu terus berlangsung, namun belum ada satu kupu-kupu yang dapat ditangkap. Sang pemuda mulai kelelahan.Nafasnya memburu, dadanya bergerak naik-turun dengan cepat.

Sampai akhirnya ada teriakan, "Hentikan dulu anak muda. Istirahatlah. " Tampak sang Kakek yang berjalan perlahan. Tapi lihatlah, ada sekumpulan kupu-kupu yang berterbangan di sisi kanan-kiri kakek itu. Mereka terbang berkeliling, sesekali hinggap di tubuh tua itu. "Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Berlari dan menerjang? Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?" Sang Kakek menatap pemuda itu.

"Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu.Semakin kau terjang, semakin ia akan menghindar. Semakin kau buru,semakin pula ia pergi dari dirimu.", "Namun, tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu. Karena kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau genggam, atau sesuatu yang dapat kau simpan.Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu.Ia tak akan lari kemana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering datang sendiri."


Kakek Tua itu mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba, tampak seekor kupu-kupu yang hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Pesonanya begitu mengagumkan, kelopak sayap yang mengalun perlahan, layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya.


***

Mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu. Sulit,bagi mereka yang terlalu bernafsu, namun mudah, bagi mereka yang tahu apa yang mereka cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang sana- sini, menabrak sana-sini, atau menerobos sana-sini untuk mendapatkannya.Kita dapat saja mengejarnya dengan berlari kencang, ke seluruh penjuru arah. Kita pun dapat meraihnya dengan bernafsu, seperti menangkap buruan yang dapat kita santap setelah mendapatkannya. Namun kita belajar. Kita belajar bahwa kebahagiaan tak bisa di dapat dengan cara-cara seperti itu. Kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat di genggam atau benda yang dapat disimpan.

Bahagia adalah udara, dan kebahagiaan adalah aroma dari udara itu. Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada dalam hati. Semakin kita mengejarnya, semakin pula kebahagiaan itu akan  pergi dari kita. Semakin kita berusaha meraihnya, semakin pula kebahagiaan itu akan menjauh.

Cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hati kita. Biarkanlah rasa itu menetap, dan abadi dalam hati kita. Temukanlah kebahagiaan itu dalam setiap langkah yang kita lakukan. Dalam bekerja, dalam belajar, dalam menjalani hidup kita.Dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi dan dalam riuh. Temukanlah bahagia itu, dengan perlahan, dalam tenang, dalam ketulusan hati kita. Kita harus percaya, bahagia itu ada dimana-mana. Rasa itu ada di sekitar kita. Bahkan mungkin, bahagia itu "hinggap" di hati kita, namun kita tak pernah memperdulikannya. Mungkin juga, bahagia itu berterbangan di sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya.

Pribadi yang bahagia adalah pribadi yang menyadari akan sebuah rasa indah yang diletakkan Allah pada hatinya. Rasa yang sebenarnya selalu ada, namun kadang manusia lupa. Bahagia bukanlah tentang apa yang kita cari , tapi memaknai apa yang dimiliki. Coba lihat disana, bahagianya seorang tukang ojek yang dibayar penumpang sebesar Rp.5000, ternyata sama dengan rasa bahagia seorang pengusaha yang menang tender Rp.3 milyar ???





Sunday, 1 April 2012

Seperti Monyet

Foto: Googleimage
Dari sebuah artikel, ada info menarik tentang teknik berburu monyet di hutan-hutan Afrika. Caranya begitu unik. Sebab, teknik itu memungkinkan si pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup tanpa cedera sedikitpun. Maklum, ordernya memang begitu. Rencananya, monyet-monyet itu akan digunakan sebagai hewan percobaan atau binatang sirkus di Amerika.

Cara menangkapnya sederhana saja. Sang pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang dan sempit. Toples itu diisi kacang yang telah diberi aroma tertentu. Tujuannya,agar mengundang monyet-monyet datang. Setelah diisi kacang, toples-toples itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut toples dibiarkan tanpa tutup.

Para pemburu melakukannya di sore Hari. Besoknya, mereka tinggal meringkus monyet-monyet yang tangannya terjebak di dalam botol tak bisa dikeluarkan. Kok, bisa? Tentu Kita sudah tahu jawabnya.

Monyet-monyet itu tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan tangan untuk mengambil kacang-kacang yang Ada di dalam. Tapi karena menggenggam kacang, monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya Selama mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat untuk diangkat. Jadi, monyet-monyet itu tidak akan dapat pergi ke mana-mana !


***


Mungkin Kita akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet-monyet itu. Tapi, tanpa sadar sebenarnya Kita mungkin sedang menertawakan diri sendiri. Ya, kadang Kita bersikap seperti monyet-monyet itu. Kita mengenggam erat setiap permasalahan yang Kita miliki layaknya monyet mengenggam kacang.

Kita sering mendendam, tak mudah memberi maaf, tak mudah melepaskan maaf. Mulut mungkin berkata " saya ikhlas", tapi bara amarah masih Ada di dalam dada. Kita tak pernah bisa melepasnya.

Bahkan, Kita bertindak begitu bodoh, membawa "toples-toples" itu ke mana pun Kita pergi. Dengan beban berat itu, Kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, Kita sebenamya sedang terperangkap penyakit hati yang akut.

Sebenarnya monyet-monyet itu bisa selamat jika mau membuka genggaman tangannya. Andai mereka mau berkorban, melepaskan kacang yang sudah dalam genggaman, tentu mereka bisa mengangkat tangannya kembali dan menikmati hidup yang indah di hutan.

Begitu juga kita. Kita pun akan selamat dari penyakit hati jika sebelum tidur Kita mau melepas semua "rasa tidak enak" terhadap siapapun yang berinteraksi dengan Kita. Kita maafkan semua kesalahan yang telah dilakukan orang lain terhadap kita. Kita korbankan segala ego diri untuk memafkan. Memang berat, tapi ada keuntungan yang besar di baliknya. Memaafkan adalah cara terbaik untuk membuat hati ini kembali lapang.

Kecuali kalau kita tetap bersikeras untuk menahan semuanya dalam hati. Menyimpannya dan terus membuat diri kita berada dalam kebinasaan.Yah tak ubahnya seperti monyet.

“Allah tidak akan menambah kemaafan seseorang, melainkan dengan kemuliaan, dan tidaklah seseorang merendahkan dirinya karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatnya.” (H.R Bukhari dan Muslim)

Monday, 26 March 2012

5 tanda seseorang mengidap penyakit suka menunda


Kebiasaan terus menerus menunda suatu tugas atau pekerjaan yang tidak disuka dan malah mengerjakan tugas atau pekerjaan lain dalam bahasa psikologi disebut procrastination. Orang yang memiliki gejala ini disebut procrastinator. Walaupun kelihatan seperti masalah sepele tetapi akan sangat merugikan apabila seseorang menjadi procrastinator terlalu lama. Ada beberapa ciri yang biasa dimiliki oleh seorang procrastinator. Apakah kita termasuk salah satunya ?

1. Optimis vs takut

Seorang procrastinator biasanya sangat percaya diri bisa menyelesaikan satu pekerjaan dalam waktu singkat. Misal, kita merasa mampu membuat pembukuan dalam waktu 2 jam. Jadi jika ada waktu 12 jam, 10 jam bisa dipakai untuk bersantai, dong. Padahal, alasan sebenarnya karena malas, takut tidak bisa, atau tidak menyukai pekerjaan ini.

2. Merasa terlalu sibuk

Merasa terlalu sibuk akhirnya membuat seseorang procrastinator jadi tidak mengerjakan tugas yang seharusnya dia kerjakan. Misal, kita merasa tidak bisa membuat pekerjaan karena harus membersihkan kamar sekaligus memasak. Padahal pada akhirnya, tidak satu pun dari tugas itu yang dikerjakan.

3. Keras kepala

Seorang procrastinator merasa kalau dia sama sekali tidak bisa dipaksa untuk melakukan sesuatu. Ini karena adanya keyakinan, segala sesuatu harus diatur oleh diri sendiri atau harus menunggu mood bagus muncul dengan sendirinya.

4. Selalu menjadi korban

Karena tidak bisa mengerjakan tugas dengan baik atau mendapatkan nilai jelek, seorang procrastinator merasa dia adalah korban dari keadaan. Sayangnya procrastinator sama sekali tidak sadar jika itu semua akibat dari kesalahannya sendiri.

5. Suka beralih

Saat harus mengerjakan tugas, tiba-tiba kita ingin mendengarkan musik atau menonton TV. Ini salah satu ciri procrastinator yang sering dimiliki seseorang. Karena ingin menghindari tugas yang bikin takut, akhirnya procrastinator memilih untuk melakukan hal lain yang kurang penting.


Ada beberapa hal yang bisa menimbulkan sifat procrastination:

1. Kepercayaan yang salah (false belief).

Maksudnya adalah kepercayaan yang salah , seperti :   kerja lebih baik dan lebih terasa menantang jika kita berada di bawah tekanan atau waktu yang sempit.

2. Takut gagal.

Ketakutan berlebih jika kita bakal gagal mengerjakan tugas itu dan akhirnya lebih memilih menghindar.

3. Perfeksionis.

Ingin semua sempurna akhirnya membuat kita merasa tidak perlu mengerjakan satu tugas yang tidak kita sukai.

4. Terburu-buru.

Sifat buru-buru atau biasa disebut impulsif membuat procrastinator cepat sekali beralih melakukan hal lain selain tugas utamanya.

5. Memberontak.

Procrastination bisa muncul sebagai reaksi pemberontakan terhadap orang tua ataupun atasan yang otoriter alias suka mengatur kehidupan/pekerjaan kita. Procrastinator memberontak dengan cara tidak ingin diatur dalam kehidupan/pekerjaan


Berikut beberapa tips untuk menanggulagi penyakit Procrastination :


1. Lakukan untuk orang yang kamu cintai

Lakukan tugas mu untuk orang yang kamu cintai seperti Orang tua , kakak , adik , keluarga , sahabat , guru , dll , dan bayangkan ekspresi wajah mereka ketika melihat kamu tidak melakukannya.Kita tentunya tidak ingin melihat air mata jatuh membasahi pipi ibu kita hanya karena kita malas dalam melaksanakan tugas bukan ?

2. Lakukan di waktu produktifmu

Misalnya, waktu produktifmu adalah jam 8 pagi sampai jam 12 siang dan jam 6 sore sampai jam 9 malam . Maka, lakukanlah di waktu-waktu tersebut. Setelah waktu produktifmu lewat, beristirahatlah atau lakukan hal yang lain.

3. Lakukan dengan cara yang lain

Kamu tidak harus melakukannya dengan cara yang umum. Kamu dapat melakukannya dengan caramu sendiri . Buatlah itu se-menyenangkan mungkin.Kalau perlu ganti suasana agar kamu merasa "baru" dan bersemangat. Jika kamu, contohnya, senang mengerjakan pekerjaan rumahmu di kafe atau mall, kamu dapat melakukannya. Hanya saja jangan biarkan hal-hal lain mengalihkan perhatianmu.

4. Beri hadiah pada dirimu sendiri

Tentukan hadiah yang akan kamu berikan untuk dirimu sendiri jika kamu berhasil melaksanakan tugas , misal " Jika aku berhasil membaca 50 halaman hari ini , maka nanti sore aku akan jalan-jalan ke mall".

5. Pikirkan konsekuensi jika kamu menyerah / tidak melakukannya

Selalu bayangkan akibat terburuk jika kamu tidak melakukan tugas mu.Misalnya ; jika kamu tidak membuat tugas , maka kamu akan gagal naik tingkat dan orang tua mu akan sedih , atau jika kamu tidak mengerjakan tugas , maka sahabat mu akan kecewa padamu.

6. Bagikan perasaan dan keadaanmu kepada orang yang bisa memotivasimu

Memiliki seseorang disampingmu yang bisa memotivasi adalah sesuatu yang baik . Jangan ragu-ragu untuk berbagi dan meminta bantuan jika seseorang bisa menolongmu. Itu seperti energi ekstra dalam perjalananmu.Namun sekedar catatan Pilihlah orang yang tepat untuk memotivasi mu.

7.Kalau tugas mu itu adalah tugas yang reguler dikerjakan , maka paksakan dirimu untuk membiasakan diri

 misalnya kamu adalah mahasiswa yang harus membaca buku minimal dua buah buku per minggu , maka atur waktu mu untuk membaca , dan paksakan dirimu selalu membaca di waktu yang sama , secara berulang-ulang , hingga tubuhmu pun lama-lama akan enjoy dan menikmatinya.

oh ya , yang paling penting adalah DO IT With LOVe ... semua yang dikerjakan dengan landasan cinta , akan membuatnya terasa tenang dan nyaman

Sumber : Kaskus.us , dengan sedikit perubahan

Tuesday, 20 March 2012

Menyaring Berita

foto : googleimages
Oleh : Zamzami Saleh

Fitnah besar pernah menimpa Ummul Mu’minin Aisyah. Peristiwa ini terjadi setelah perang dengan Bani Mushtaliq bulan Sya’ban 5 H.  Peperangan ini diikuti oleh kaum munafik, dan turut pula ‘Aisyah dengan Nabi berdasarkan undian yang diadakan antara istri-istri beliau.

Dalam perjalanan mereka kembali dari peperangan, mereka berhenti pada suatu tempat.  Karena suatu keperluan Aisyah keluar dari tempatnya (tandu yang diberi hijab) kemudian kembali.  Tiba-tiba dia merasa kalungnya hilang, lalu dia pergi lagi mencarinya. Rombongan pun berangkat dengan dugaan bahwa ‘Aisyah masih ada dalam tandunya tersebut.  ‘Aisyah pun duduk di tempat tersebut seraya menunggu tandu tersebut menjemputnya kembali.

Kebetulan, lewat ditempat itu seorang sahabat Nabi, Shafwan ibnu Mu’aththal.  Ia melihat seseorang sedang tidur sendirian dan dia terkejut seraya mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, istri Rasul!” ‘Aisyah terbangun.  Lalu dia dipersilahkan oleh Shafwan mengendarai untanya.  Syafwan berjalan menuntun unta sampai mereka tiba di Madinah.

Orang-orang yang melihat mereka membicarakannya menurut pendapat masing-masing.  Mulailah timbul desas-desus.  Abdullah bin Ubay (salah seorang tokoh munafik) ikut-ikutan membesar- besarkannya.  Maka fitnah atas ‘Aisyah r. a.  itupun bertambah luas, sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum muslimin.  Tidak hanya kalangan sahabat saja akan tetapi Rasulullah pun mengalami demikian.

Namun akhirnya Allah menurunkan surat Annur ayat 11 untuk menjawab semua tuduhan itu: ”Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga.  Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu.  Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya.  Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar”

***

Di zaman Yunani kuno, Sokrates adalah seorang terpelajara dan intelektual yang terkenal reputasinya karena pengetahuan dan kebijaksanaannya yang tinggi.

Suatu hari , seorang pria berjumpa dengan Sokrates dan berkata, “Tahukah anda apa yang baru saja saya dengar mengenai salah seorang teman anda ?”

“Tunggu sebentar,” jawab Sokrates. ”Sebelum Anda memberitahukan sesuatu, saya ingin anda Melewati sebuah ujian kecil. Ujian Tersebut dinamakan ujian saringan tiga kali. ”

“Saringan tiga kali ?” tanya pria tersebut. ”Betul,” lanjut Sokrates.

“Sebelum anda mengatakan kepada saya mengenai teman saya, mungkin ide yang bagus adalah menyediakan waktu sejenak dan menyaring apa yang akan anda katakan. Itulah kenapa saya sebut ujian saringan tiga kali. ”

“Saringan pertama adalah kebenaran. Sudah yakinkah anda bahwa apa yang anda katakan kepada saya memang benar ? “

“Tidak,” kata pria tersebut, “sesungguhnya saya baru saja mendengarnya dan memberitahukannya kepada anda,” “Baiklah,” kata Sokrates “jadi, Anda sungguh tidak tahu apakah hal itu benar atau tidak. ”

Sekarang mari kita coba saringan kedua,yaitu kebaikan. ”Apakah yang anda katakan kepada saya mengenai teman saya adalah sesuatu yang baik ?”

“Tidak,sebaliknya, mengenai hal yang buruk. ”

“Jadi,” lanjut Sokrates , “Anda ingin mengatakan kepada saya sesuatu yang buruk mengenai dia, tetapi anda tidak yakin bahwa itu benar . ”

Anda mungkin masih bisa lulus ujian selanjutnya yaitu Kegunaan. ”Apakah yang ingin anda beritahukan kepada saya tentang teman saya tersebut berguna untuk saya ?”

“Tidak,sungguh tidak,” Jawab pria tersebut.

“Kalau begitu,” simpul Sokrates,”jika apa yang ingin anda beritahukan kepada saya tidak benar,tidak baik, dan bahkan tidak berguna untuk saya , kenapa anda ingin menceritakannya kepada saya ?”

Sebuah panah yang telah melesat dari busurnya dan membunuh jiwa yang tak bersalah dan kata-kata yang telah diucapkan yang menyakiti seseorang,keduanya tidak pernah bisa ditarik kembali. Jadi sebelum berbicara , gunakanlah saringan tiga kali.

***

Salah seorang teman saya dalam sebuah diskusi berceletuk ,“Jujur saja , hari ini saya tidak bisa lagi mempercayai media. Media hari ini tidak lebih dari propaganda mereka yang berkepentingan. ”

Saya sendiri sepakat dengan ini,meskipun tentunya dengan beberapa catatan. ”Bad news is a good news”, semakin buruk sebuah berita maka akan semakin bagus ratingnya di kalangan pembaca dan semakin asyik pula para media untuk melemparkannya ke masyarakat. Seorang presiden misalnya,bisa saja ceramah panjang lebar tentang kemaslahatan masyarakat di tempat A, namun berita yang mengandung pelajaran berharga tersebut akan tenggelam ketika headline yang muncul adalah “Presiden Curhat tentang gajinya”, apa yang ia sampaikan dalam acara tersebut pun tidak diketahui lagi.

Namun bukan berarti semua berita itu salah. tapi memang butuh kedewasaan,penilaian yang proporsional dan tentu saja saringan yang matang terhadap berita tersebut. Bagaimanapun berita hari ini tetap menyimpan fakta,namun sering kali terasa kabur dan bahkan tidak terbaca akibat ada yang menutupinya. Contoh kasus Arifinto kemaren,fakta yang bisa kita ambil adalah bahwa beliau telah membuka tablet komputernya saat sidang. Sesuai etik wakil rakyat ini jelas sebuah pelanggaran. Namun fakta ini pun kabur tatkala muncul berita bahwa yang ia buka adalah gambar porno, meskipun semestinya hal ini perlu penelusuran lebih lanjut,namun sayang berita sudah kadung di lempar ke masyarakat, dan masyarakat pun siap untuk “menghakimi”.

***

Sokrates telah mengajarkan kita bagaimana menyaring sebuah berita yang sampai kepada kita,sebelum kita memasukkannya ke dalam folder di otak dan (bahkan) hati kita. Benar , baik , dan berguna adalah timbangan kita ,apakah berita tersebut pantas kita masukkan ke otak dan hati atau hanya sekedar masuk telinga kanan dan keluar lagi (yang jelas hal ini akan menghabiskan waktu kita).

Sikapilah berita dengan proporsional dan analisalah dengan objektif. Jangan terlalu berlebihan dalam membenarkan satu sisi dan menjustifikasi sisi yang lain salah. Selalu ada ruang dimana kita bisa terlebih dahulu untuk berbaik sangka terhadap si pelaku dan biarkan proses Check and re-check (tabayun) yang menyelesaikannya. Toh kalau memang itu adalah sebuah kesalahan,yakinlah bahwa ia takkan lepas dari pengadilan yang maha Adil di akhirat kelak di hadapan Allah ta’ala. Wallahu a’lam bish-showab

Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling menghindari, dan janganlah kalian saling meng-ghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba ALLAH yang bersaudara. ” (HR Muttafaq ‘alaih).

Dan dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata: Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad bin Aswad secara berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang itu, lalu berkata: Nabi SAW memerintahkan kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang gemar memuji.  (HR Muslim)

Seperti Pensil

Foto : terselubung.blogspot.com
Suatu hari ,  seorang anak yang baru masuk sekolah dasar bertanya kepada ayahnya,  “Yah kenapa aku hanya boleh memakai pensil ,  sedangkan kakak boleh memakai pena ,  bukankah pena jauh lebih bagus dari pada pensil ? “ .  Ayahnya tersenyum ,  lalu berkata “ Nak ,  pensil itu memiliki pelajaran yang bagus buat kamu ,  ayah malah berharap kamu seperti pensil saat besar nanti “ .

“Tapi yah ,  pensil itu kan tidak istimewa. Ia Cuma memiliki satu warna ,  dan kadang membuat tangan kotor “ ujar anak itu.  Ayahnya pun menjawab “Itu semua tergantung bagaimana kamu memaknai pensil tersebut “.

“Pensil mengajarkan kita beberapa hal dalam hidup . Walau ia berpenampilan sederhana ,  namun pensil memiliki kualitas prinsip yang bagus , ” lanjut ayahnya.

“ Pelajaran pertama yang bisa kita ambil dari pensil adalah bahwa pensil mengingatkan kita bahwa kita bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Walaupun kita hanyalah sosok yang sederhana di mata manusia ,  yakinlah bahwa selalu ada Kuasa maha Dahsyat yang selalu membimbing kita. Seperti tangan kita yang kadang berhasil membimbing pensil untuk menulis hal-hal yang luar biasa ,  yakinlah bahwa selalu ada Kuasa Allah yang membimbing kita menurut kehendakNya.  Maka kuatkanlah keyakinan mu kepadaNYA , ”

“ Pelajaran kedua ,  kadang ketika menulis ,  sesekali kita harus berhenti karena ujung pensil sudah tumpul hingga tulisan kurang bagus. Dan kita menggunakan rautan untuk menajamkannya kembali. Nah Rautan ini sudah tentu membuat si pensil menderita ,  namun setelah proses meraut selesai ,  pensil akan tajam dan tulisan pun bagus kembali , ”

“ Begitu juga kita dalam hidup. Kadang hidup kita merasa jalan ditempat saat berbagai penderitaan dan kesusahan melanda. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah kita sedang “diraut” untuk menajamkan kembali kualitas hidup kita. Kalaulah kita tidak ditajamkan kembali maka hidup ini akan biasa-biasa saja. Kita tidak akan pernah menjadi baik. Karena justru saat penderitaan dan kesusahan datanglah kita sebenarnya sedang dipersiapkan untuk menjadi yang lebih baik lagi .  

“ Pelajaran ketiga ,  Pensil selalu memberi kesempatan kita untuk menggunakan penghapus agar kita bisa memperbaiki tulisan yang salah. Seperti kita yang selalu berhak untuk meminta maaf dan memperbaiki kesalahan dalam hidup ini.  Namun walau begitu sebisa mungkin kesalahan itu diminimalisir ,  jangan sampai salah di tempat yang sama berulang-ulang ,  karena itu menandakan kita tidak pernah mau belajar. Kita bisa lihat bahwa penghapus tidak sepenuhnya bisa membersihkan tulisan yang terlanjur ditulis pensil. Ada titik-titik kotor yang tetap saja menganggu. Seperti perbuatan dan perkataan kita yang membekas kepada orang lain. Walau kita sudah dimaafkan ,  tetap saja meninggalkan noda. ”

“ Pelajaran keempat ,  bagian paling penting dari pensil bukanlah kayu dan hiasan indah yang melapisi luarnya. Bagian terpenting dari pensil adalah arang yang ada didalamnya. Seindah apapun riasan luarnya ,  sebagus apapun kayu yang melapisinya ,  tetap saja pensil tidak akan berarti kalau tanpa arang yang ada didalamnya. Oleh sebab itu selalulah berhati-hati dalam hidup dan sadari potensi serta sifat yang ada dalam dirimu. Memperbaiki Hati dan sifat mu lebih baik dari sekedar mengindahkan tampilan luar mu “

“ Pelajaran kelima ,  pensil selalu memberikan goresan. Bahkan tak jarang ia mengotori tangan mu dan daerah sekitarnya. Oleh karena itu berhat-hatilah dalam berbuat ,  jangan sampai arang yang sedikit malah membuat kotor banyak tempat. Sadar atas setiap tindakan adalah sebuah kemestian . . . ”

Mari belajar. . . hidup terlalu singkat untuk memikirkan senda gurau belaka

Saturday, 17 March 2012

Laki-laki Sejati

 Oleh : Zamzami Saleh

Siapa yang tidak kagum dengan Sosok Sayyidah Fatimah ? Jangan tanyakan tentang parasnya karena ia terlahir dari Laki-laki paling tampan se-dunia sepanjang masa. Sikapnya yang lembut , tegas dan  berhiaskan akhlak yang mulia menambah keanggunan putri Rasul Allah yang terakhir itu. Dalam hal ibadah , kesantunan dan kecekatan dalam berusaha , ia termasuk Ratunya. Semua itu sudah cukup untuk menjadi alasan banyak laki-laki untuk meminangnya.

Diantara sekian banyak pengagum Fatimah, masuklah dalam daftar itu seorang pemuda Miskin cerdas bernama Ali bin Abi thalib, sepupu dari Baginda Rasulullah saw. Ia sendiri sudah cukup lama mengenal Fatimah, bahkan bisa dibilang bahwa mereka berdua adalah sahabat sejak kecil.Kekaguman Ali terhadap Fatimah disimpannya rapat-rapat dalam hati.Yah , siapa yang yang tidak kagum ketika melihat seorang gadis cantik berlari menyongsong Ayahnya yang kotor dan penuh luka habis dilempari kotoran unta oleh Kafir Quraisy.Ia basuh luka dan kotoran yang ada di sekujur tubuh ayahnya dengan penuh cinta.Ia tutup luka ayahnya dengan secarik kain agar tak menetes lagi keluar.

Siapa yang tidak jatuh hati melihat ketegasan dan keberanian seorang Perempuan cantik yang berlari menuju ka’bah tatkala Muhammad Rasulullah ayahnya dihina dan ditertawakan oleh pembesar Quraisy.Ia hardik seluruh orang-orang terhormat itu hingga tiada satupun yang bisa membalas menimpali.

Saya tidak tahu apakah waktu itu Sayyidina ‘Ali menganggap bahwa apa yang ia rasa adalah cinta , namun yang jelas batinnya cukup tersentak kaget saat tersiar kabar bahwa seorang laki-laki mulia hendak meminang Fatimah binti Muhammad yang ia kagumi.Laki-laki yang tidak sembarangan tingkat kemuliaannya.Ialah Sayyidina Abu bakar Ash-Shiddiq , laki-laki pertama yang beriman dengan Muhammad.Laki-laki memiliki begitu kuat dalam membela Islam sejak awal syiarnya.Laki-laki yang hidupnya dihiasi keta’atan kepada Allah dan akhlaq yang begitu mulia.

Ali pun merasa bahwa ia sedang diuji oleh Allah.Ia tahu bahwa Abu Bakar jelas lebih pantas dari dirinya.Bukan karena Status Abu bakar yang dari sisi finansial lebih berada darinya , ataupun status kedekatan persahabatannya dengan Rasulullah.Ali tahu bahwa perjuangan Abu bakar terhadap dakwah islam nyaris tiada yang menandingi.Ia menemani dan mendukung penuh Rasulullah hampir dalam setiap keadaan.Beberapa sahabat lain pun masuk islam lewat dakwahnya.Ia banyak memerdekakan budak.Bahkan dari sisi finansial , ia banyak menyumbangkan hartanya kepada Islam (hingga nyaris tiada yang tersisa untuk keluarganya).

Ali pun kemudian mendukung Abu Bakar yang hendak meminang Fatimah.Ia mungkin memang mencintai Fatimah , namun Abu bakar mungkin lebih pandai untuk membahagiakan Fatimah ketimbang dirinya.Cinta memang bukan hanya soal rasa , namun juga soal keberanian dan kesiapan.Cinta juga soal keberanian mengambil kesempatan atau berkorban perasaan.

Namun ternyata lamaran Abu Bakar ditolak oleh Rasulullah.Semangat Ali pun mulai muncul kembali dan terus ia jaga.Ia persiapkan dirinya sebaik mungkin agar pantas untuk meminang Fatimah.Namun setelah mundurnya Abu bakar , ternyata ada lagi seorang laki-laki yang begitu luar biasa berani dan perjuangannya.Laki-laki yang sejak keislamannya , muslim pun  lebih berani menegakkan mukanya dalam berdakwah.Laki-laki yang bahkan Syetan saja lari terbirit-birit jika mendengar telapak kakinya.Ialah Umar bin Al Khaththab.Ali pun merasa di uji kembali.

Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”.Dan Ali pun harus kembali ridla dan mendukung Umar yang menurutnya lebih pantas dari dirinya.

Sayang , sekali lagi cinta memang soal keikhlasan menerima dan menolak , serta saat diterima dan ditolak.Kabar pun menyeruak , Lamaran Umar juga ditolak.
Di satu sisi kabar ini cukup membuat Ali kembali semangat dalam mempersiapkan dirinya untuk melamar Fatimah , namun disisi lain kabar ini juga membuatnya bingung dan dilema.Kalaulah Abu bakar dan Umar yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya dalam kacamata agama saja masih ditolak oleh Baginda Nabi , apa lagi dirinya yang tidak sehebat mereka berdua.”Menantu macam apa yang kiranya ditunggu-tunggu oleh Rasulullah” , tanyanya dalam hati.Miliarder kaya dermawan seperti Utsman kah yang menikah dengan Ruqayyah dan Umm Kaltsum ? atau seperti Abul ‘Ash bin Rabi’ , istri Zainab binti Rasulullah ?

“Mengapa engkau tidak mencoba kawan ?” ujar teman-temannya menyemangati.”Aku punya firasat bahwa kau lah yang ditunggu-tunggu oleh Baginda Rasulullah” lanjut temannya.

“Aku ?” ujar Ali keheranan.”Yah , engkau kawan ,siapa lagi “ jawab temannya.”Aku hanyalah pemuda miskin , Apa yang akan kuandalkan ? ”

Jelas dari sisi finansial , Ali merasa sangat tidak siap.Hanya satu set baju besi dan sedikit tepung untuk makan yang ia miliki.Namun untuk meminta Fatimah bersabar hingga batas waktu ? ah haruskah dirinya meminta Fatimah untuk menunggu barang satu atau dua tahun dulu agar dirinya siap ? lantas dimana letak keberaniannya sebagai seorang laki-laki ? “Engkau Pemuda sejati , hai Ali” batinnya mengingatkan.

Ali lalu memberanikan diri menghadap ke rumah Rasulullah untuk meminang Fatimah.Ia siapkan satu-satunya harta yang ia miliki berupa baju besi untuk digadakan dan dibelikan mahar.Ia sadar bahwa dirinya adalah pemuda sejati.Pemuda yang siap bertanggung jawab atas setiap perbuatannya.Pemuda yang berani menanggung konsekuensi atas segala keputusannya.Ia yakin bahwa Allah maha kaya , dan Allah lah yang memberikannya rezeki dari jalan yang tak pernah ia duga.

“Ahlan wa Sahlan” begitu jawaban Nabi sambil tersenyum.Ali sendiri awalnya bingung dengan jawaban tersebut , hingga akhirnya ia diberi tahu bahwa jawaban tersebut adalah keridloan dan kesukaan Nabi Muhammad atas lamaran Ali

Ali adalah potret laki-laki sejati.Ia tahu bahwa cintanya harus ia perjuangkan lewat jalan-jalan Tuhannya.Ia yakin bahwa takdir Allah tidak pernah salah.Ia sadar bahwa usaha dan keyakinan lah yang membawanya seperti ini.Ia siapkan dirinya , ia pantaskan kondisinya, ia kuatkan tekad untuk mencobanya , serta ia siapkan diri untuk menerima kondisi sebaliknya.Ia tahu bahwa cinta tak pernah menanti. Sekarang atau tidak sama sekali.

***

Dalam sebuah riwayat juga dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda ”‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau menikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?”Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu.”

Kenapa Fatimah ternyata juga mencintai Ali ? saya rasa para pembaca khususnya wanita sudah mengetahui dan memahami jawabannya.

 “ Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak.” (doa Rasulullah saat pernikahan Sayyidina Ali Ra dan Fatimah Ra)

Friday, 16 March 2012

PUASA LAWAN KANKER

Oleh: Nur Furqon nashrullah

Siapa yang tidak takut kanker?!, 9 dari 10 wanita Indonesia pasti pernah mengalami rasa takut akan hal tersebut, yang laki-laki pun demikian, bahkan, semua orang di dunia pun pasti takut akan “penyakit” ganas tersebut, penyakit yang bisa menyerang siapapun pada usia berapapun. Kanker merupakan sebuah momok menakutkan yang selalu menghantui setiap orang yang hidup di bumi ini. Dan selama nyawa masih dikandung badan, semua orang sangat beresiko untuk menyandangnya, wal-‘iyaadzu billah…!

Menurut catatan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kanker mempunyai arti sebagai berikut: “penyakit yang disebabkan oleh ketidakteraturan perjalanan hormon yg mengakibatkan tumbuhnya daging pada jaringan tubuh yg normal; tumor ganas”.

Foto : Google.com
Dalam Wikipedia dijelaskan bahwasanya penyakit kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasi dan karakter keganasan, serta ada tidaknya metastasis. Diagnosis biasanya membutuhkan pemeriksaan mikroskopik jaringan yang diperoleh dengan biopsi. Setelah didiagnosis, kanker biasanya dirawat dengan operasi, kemoterapi, atau radiasi. Kebanyakan kanker menyebabkan kematian. Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang.

Bagitu dahsyat akibat dari penyakit tersebut, namun, kita tidak perlu cemas berlebihan, karena segala masalah pasti ada solusinya, begitu juga penyakit yang ada pun pasti disertai obat dan penawarnya, Allah sendiri menyatakan, bahwa Dia tidak akan menurunkan sebuah penyakit kecuali didatangkanNya juga obat penawarnya.

Rasulullah saw. bersabda:
"إن الله لم يضع داء إلا وضع له دواء, إلا داء واحدا, قالوا : وما هو يا رسول الله؟, قال : الهرم"

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak mendatangkan sebuah penyakit kecuali didatangkan pula olehNya obatnya, kecuali satu penyakit. Para sahabat bertanya, “penyakit apakah itu, wahai Rasul Allah?”, beliau menjawab : penyakit (menjadi) tua. (HR. Turmudzi).

Salah satu obat mujarab yang ditawarkan oleh islam adalah dengan berpuasa, mengapa demikian?, mari kita kupas tuntas mengenai puasa dalam islam.

Puasa secara harfiyah berarti menahan. Menahan apa saja. Termasuk menahan diri untuk tidak berbicara pun bisa disebut sebagai puasa. Namun, puasa yang dapat dijadikan obat penawar penyakit lahir batin adalah puasa dalam arti syar’i nya, yaitu menahan diri dari makan dan minum serta dari segala hal yang membatalkan puasa itu sendiri dari mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari disertai niat ikhlas hanya untuk menggapai ridho Allah.

Dalam kesempatan ini kita tidak akan membahas puasa ini secara mendetil, kita akan kerucutkan pembahasan tentang hubungan puasa dengan salah satu penyakit mematikan yang telah kita bahas sebelumnya. Kanker.
Puasa lawan kanker?, apa betul?. beberapa pertanyaan tersebut mungkin masih menjadi sebuah pernyataan yang ambigu dalam benak kita semua, namun, coba kita renungkan sejenak kata-kata di bawah ini :

“صومــــــــوا تصحــــــوا”
Berpuasalah maka kamu akan sehat!

Hadits di atas, di dalam kalangan ahli hadits, mengalami banyak perselisihan dari segi keshahihan sanadnya, namun, kita tidak akan membahas itu terlalu dalam. Kita fokus pada artinya saja. Berpuasa maka kita akan sehat. Rupanya para ahli kesehatan pun setuju jika pernyataan ini disodorkan pada mereka. Dan jika ditanyakan kepada mereka apakah puasa bisa melawan dan menghindarkan kita dari kanker?, pasti sudah tentu jawabannya adalah, “iya..!”, jika Allah menghendaki.

Nah, hebatnya lagi, ternyata kanker mempunyai arti yang sangat luas, bukan hanya berhenti pada arti yang dipatenkan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia atau pun cukup pada pengertian yang ditawarkan oleh si Wikipedia. Kanker juga menjadi salah satu kosa kata dalam Kamus Gaul Bahasa Indonesia, KGBI. Apa itu?
Kanker dalam KGBI berarti kantong kering. Ya. Kantong kering alias lagi menjalani hidup pada tanggal-tanggal tua, alias akhir bulan. Ini lah kanker yang sangat sering menjangkiti manusia, saya sendiri sering diserang olehnya, hehe. Lalu, apa hubungannya dengan puasa?. Jelas, puasa adalah penolong setia untuk kanker yang satu ini. Tidak percaya?, coba kita perhatikan sabda nabi besar Muhammad saw. di bawah ini :

"يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج. فإنه أغض للبصر و أحصن للفرج. و من لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء"

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari tersebut dijelaskan bahwasanya siapa saja orang yang sudah mampu untuk menikah, maka hendaklah ia menikah. Karena dengan menikah dia akan lebih selamat dalam hal menjaga pandangan dan menjaga diri dari ganasnya syahwat. Namun, jika belum mampu, hendaklah ia berpuasa. Karena puasa akan menjadi pelindung akan dirinya.

Nah, jelas, kan. Solusi untuk orang yang belum mampu untuk menikah adalah puasa. Kata-kata tidak “mampu” dalam hadits tersebut mempunyai arti yang luas. Bukan hanya jika tidak mampu dalam menjaga pandangan dan syahwat saja ia dianjurkan untuk berpuasa, namun, jika ia tidak mampu juga dalam urusan materi atau yang sering kita sebut dengan kanker alias kantong kering, maka ia juga dianjurkan untuk menahan diri dengan berpuasa. Puasa lawan kanker?. Ya. Demikan ulasannya. Wallahu A’lam.

Friday, 17 June 2011

Memaknai Kedermawanan


Pak Udin,begitu kami biasa memanggilnya.Umurnya sudah cukup tua,mungkin lebih dari 50 tahun.Aku sendiri tak tahu pasti berapa tepatnya,namun dari cara berjalannya yang sudah mulai goyah,kulitnya yang kelihatan lunak dan keriput serta guratan wajahnya yang lelah, aku yakin bahwa tebakanku tentang umur nya tidak terlalu jauh meleset.
Pak Udin tinggal di rumah sangat sederhana bekas perumahan jatah untuk kepala SLTP di Kecamatanku.Rumah berukuran 6 x 9 meter itu ditempati pak udin beserta istri dan anak-anaknya yang berjumlah 3 orang.Kebetulan rumah jatah tersebut sudah lama tidak dihuni oleh Kepala SLTP yang bertugas.Yang kutahu beberapa kepala SLTP terakhir yang ditugaskan kesini,lebih memilih untuk tinggal di rumah kontrakan ketimbang menghuni rumah “resmi” ini.Daripada rumah ini tertinggal tak berpenghuni dan akhirnya akan menjadi sarang jin,Pak Udin pun menawarkan diri untuk menghuni rumah tersebut.Gayung pun bersambut,pihak SLTP setuju dan menerima “proposal” pak Udin untuk tinggal disana.
Sehari-harinya pak Udin bekerja menjual kacang rebus.Jam kerjanya dari habis Ashar sampai jam 12 malam.Pagi harinya ia kerja menjadi buruh di salah satu sawah milik orang kaya dikampungku.Terkadang beberapa kerja sampingan pun dilakoninya untuk menambah penghasilan keluarga.Pernah kulihat ia menjadi salah satu buruh dalam proyek pembangunan jalan di desaku,dilain waktu aku pun pernah melihatnya mengangkut gerobak beras di pasar.Kehidupan nya yang miskin ditambah dengan 3 orang anaknya yang masih dalam bangku pendidikan,membuatnya harus bekerja sangat keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut meskipun umurnya sudah terlalu tua untuk melakoni pekerjaan itu.
***
Malam itu ,dipertigaan jalan tempat biasanya para penjual makanan ringan berjejeran,kulihat wajah pak Udin tampak murung.Ada gurat kesedihan yang memancar dari wajahnya yang tua itu.Aku pun lantas mendekati gerobak kacang rebus miliknya.Kepulan asap lembut dan harum khas kacang rebus pun sontak menyapa hidungku.”Pak bungkusin kacangnya satu dong ! ” sapaan ku membuyarkan lamunannya,entah apa yang sedang dipikirkannya,tapi sangat jelas wajahnya memancarkan kesedihan.
Rupanya malam itu,tak banyak uang yang diperoleh Bapak 3 anak tersebut.”Bahkan untuk modal saja belum cukup” lirihnya sembari memasukkan kacang rebus kedalam kantong plastik.Tanpa banyak pikir,aku pun menambah pesananku  5 kantong lagi.Pikirku sambil menolong Jualannya Pak Udin,toh nanti malam kacang ini bisa menjadi konsumsi saat menonton pertandingan Final Liga Champion dengan beberapa orang temanku.Pak Udin pun tersenyum mendengar pesananku sembari berucap syukur.Tapi tetap saja belum menghilangkan gurat murung di wajahnya. Lukisan di wajahnya itu yang memaksa aku untuk lebih lama lagi di tempat itu, namun bukan untuk menambah pembelian jumlah kacang. “Sudah berapa banyak terjual malam ini Pak?” tanyaku mengagetkannya. Nampaknya ia tak menyangka mendapat pertanyaan itu.
Pak Udin kelihatan berpikir sebentar.Lantas kemudian berkata ” Kebetulan 3 hari belakangan penjualan bapak berkurang nak,cuma uang kembali modal yang bisa dibawa pulang,kalaupun ada lebihnya itu pun sangat sedikit,tapi…” Pak Udin menghentikan kalimatnya dan tertunduk sesaat.Seakan tersadar aku sedang memperhatikan wajahnya,buru-buru ia menegakkan kepalanya dan memaksakan senyum pada wajahnya.
“Kenapa Pak? Kok sedih,” aku lihat dengan jelas ia sangat bersedih dan menduga kesedihan itu dikarenakan sedikitnya keuntungan yang diperolehnya tiga malam terakhir. Namun ternyata dugaanku salah. “Bukan itu nak, biar cuma jualan kacang rebus dan hidup sederhana ,Bapak merasa sebagai orang berpenghasilan. Bapak nggak mau dianggap orang lemah, dan oleh karena itu bapak selalu menyisihkan sedikit dari keuntungan berjualan kacang rebus untuk zakat atau sedekah ke orang yang lemah dan membutuhkan…”
Aku terkejut mendengar jawabannya,nyaris tak ada kata yang bisa terucap dari mulutku saat mendengar alasannya.Aku hanya bisa pamit pulang pada beliau.Aku  lantas paham apa yang disedihkan oleh Pak Udin,dengan penjualannya yang tanpa keuntungan,bagaimana ia bisa berinfak ?.
“Entah berapa yang bisa bapak sedekahkan dari sedikit keuntungan bapak malam ini ?” Kalimat terakhir yang menohok makna kedermawanan yang selama ini ku pahami.Kalimat itu pula yang membayangiku sepanjang malam.Final Liga Champion pun tak menarik lagi…

*Oleh : Zamzami saleh

Belajar Menerima Kesalahan Sendiri

Mungkin diantara pekerjaan yang mudah dilakukan di dunia ini adalah Menuding alias menyalahkan orang lain atas setiap kegagalan yang terjadi.Pengkambing hitaman terhadap seseorang tak jarang menjadi reaksi kita pertama kali ketika melakukan kesalahan.Yah kesalahan apapun itu,baik dari yang tarafnya “sepele” seperti gagal dalam ulangan harian,kalah main kelereng,terjatuh dari sepeda ,sampai yang masuk daerah “serius” seperti masalah pekerjaan,keretakan rumah tangga dan hubungan sosial kemasyarakatan.Selalu ada saja orang yang kita anggap ikut andil dalam proses kegagalan tersebut.


Saya sendiri teringat,dahulu ketika masih berseragam putih biru dan duduk dibangku salah satu pesantren ternama di kota Bukittinggi.Waktu itu saya hidup di kos-kosan bersama dengan beberapa teman dari daerah-daerah lain.Suatu malam terjadi hubungan pendek di Kamar saya yang membuat lampu kamar saya mati.Karena memiliki bakat dalam dunia “perlistrikan” saya kemudian mencoba memperbaiki kabel sambungan lampu tersebut,sambil mengkreasikannya dengan membuat lampu-lampu kecil warna-warni dengan daya kurang dibawah 5 watt.Pengerjaan tersebut pun hanya di terangi dengan sebatang lilin.

Beberapa teman pun kemudian masuk ke kamar,melihat-lihat proses kerja saya.Sayang beberapa teman kemudian mengeluarkan komentar-komentar yang membuat konsentrasi saya hilang.Walhasil ketika lampu tersebut saya colokan kembali,lampu utamanya berhasil hidup dan menerangi kamar saya,namun lampu kecil warna-warni yang saya kreasikan ternyata tidak hidup dengan sempurna,bahkan ada yang hangus terbakar tak tahu kenapa.Saya kemudian langsung menyalahkan teman saya yang mengganggu konsentrasi saya tadi.Bahkan karena emosi saya yang meledak waktu itu-mungkin faktor kecewa plus capek- bogem mentah pun saya layangkan ke muka dan kepala teman saya tersebut.Dan malam itu pun terjadi drama action martial art di kamar saya sebelum dilerai oleh teman-teman yang lain.

Pengalaman saya diatas mungkin menjadi salah satu kisah kecil penudingan dari sekian juta kisah lain yang mungkin terjadi di dunia ini.Di sekolah misalnya,ketika angka 4 tertera dalam lembaran jawaban ujian fisika,dengan mudah kita berkata “guru tak Becus mengajar” atau “Apa yang diajarkan guru berbeda dengan yang diujikan” atau bahkan “Memang,guru fisika itu sudah lama sentiment dengan saya”.Ketika gagal dalam Ujian naik kelas,mulut kita seakan respon berujar “ Bagaimana tidak gagal,sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran tidak lengkap di sekolah ini “ atau “ Maklumlah suasana kelas ga mendukung untuk konsentrasi belajar “.

Ketika kita bekerja dan terlambat dalam memberikan laporan tugas kepada atasan,komputer pun jadi sasaran “ ah dasar komputernya soak,error melulu,mana printernya ngadat lagi”.Tugas makalah kelompok yang gagal presentasi yang mengakibatkan kita di evaluasi habis-habisan oleh Dosen,teman sekelompok pun dianggap biang kegagalan karena tidak kooperatif dan tidak banyak membantu.

Dalam kehidupan rumah tangga dan bermasyarakat pun tak jarang penudingan itu dilakukan.Anak menangis,mengadu kepada bapaknya bahwa dia dipukul oleh temannya.Tak ayal sang bapak pun mencak-mencak dengan bermacam-macam makian tanpa mau tahu siapa yang salah,dan siapa yang memulai.Kehancuran rumah tangga pun tak jarang memunculkan orang ketiga dan keempat yang dianggap biang kehancuran,padahal siapa tahu kealpaan – kealpaan serta kekurangan dalam pergaulan rumah tangga lah penyebab utama yang kemudian terlupakan.

Dalam berorganisasi pun sering terjadi demikian.Ketika ada kegiatan yang pengunjungnya sedikit,orang lain pun jadi sasaran,dianggap tidak mau mendukung kegiatan organisasi kita.Ketika ada kegagalan dalam pelaksanaan program kerja,partner pun jadi “korban”,dianggap tidak banyak andil dan lebih banyak kerja ga jelas.Dan masih banyak lagi contohnya.

Kita sering terlupakan bahwa seringkali kegagalan yang menimpa kita,ternyata tidak kita sikapi sebagaimana mestinya.Dengan spontan mulut kita langsung berujar,mencari kambing hitam atas setiap kesalahan.Padahal kalau kita telusuri lebih lanjut,ternyata kesalahan kita lah penyebab dari kegagalan tersebut.Kita bisa jadi alpa untuk mengantisipasi beberapa celah kesalahan sehingga tak jarang kegagalan tersebut murni kita lah penyebabnya.Sayangnya,seringkali pandangan dan pikiran yang jernih untuk melihat kegagalan tersebut, tertutupi rasa kecewa yang mendalam.Rasa tidak ingin disalahkan pun menjadi rentetan ketidak arifan dalam menyikapi kegagalan tersebut.Sikap defensif yang kita miliki pun akhirnya mengalahkan sikap untuk menerima kesalahan tersebut dengan arif dan menjadikannya pembelajaran kedepan.

***

Sikap menerima kesalahan sendiri dan mengambil pelajaran atas segala kegagalan yang terjadi semestinya mulai kita munculkan dan kita biasakan dalam kehidupan kita.Setidaknya hari ini mari kita usahakan untuk meminimalisirnya.Mari kita mulai dari diri sendiri,bertekad untuk tidak menuding orang lain tatkala ada kegagalan yang menimpa.Jadikan sikap menerima kesalahan sebagai langkah awal untuk meng’arifi seluruh episode kehidupan kita di dunia ini.

Dan tatkala kita mampu menerapkannya kedalam diri kita,ajaklah keluarga dan orang terdekat untuk melakukan hal yang sama.Saya terbayangkan sebuah komunitas masyarakat,terdiri dari orang-orang yang berani mengakui dan menerima kesalahannya serta menjadikan kesalahan dan kegagalan tersebut sebagai pembelajaran untuknya ketimbang menuding orang lain atas kesalahannya.Duh pasti nikmat hidup dalam komunitas seperti itu.Menikmati pergaulan dengan orang-orang yang secara berani bertanggung jawab atas segala kesalahan dan kegagalannya.Alangkah indahnya dan bahagianya hidup ini.

Mari kita mulai detik ini juga,belajar menerima kesalahan diri sendiri tanpa tudingan dan tanpa kambing hitam.Insya Allah kita bisa……