Ilustrasi |
Oleh : Abdurrahman Muhammad
Mesir adalah negeri yang menjadi impianku sejak masih duduk dibangku Aliyah, dimana ada Azhar yang sangat dikenal orang karena kualitas manusia yang dilahirkan olehnya. Memang,universitas Al-Azhar sudah tidak asing lagi di telinga kita karena ia adalah universitas tertua di dunia. Bagi mahasiswa indonesia yang kuliah disini, mesir merupakan negera kedua dan Azhar adalah rumahnya. Jadi, dengan dibekali keinginan dan tekad yang kuat ditambah sedikit kemampuan akhirnya aku bisa sampai juga di bumi kinanah ini. Rasa gembira di hati tidak bisa lagi di ungkapkan, hanya dengan ucapan Alhamdulillah dan rasa syukur yang bisa aku persembahkan kepada Allah, karena memang diri ini tidak sanggup lagi untuk mengekspresikannya.
Di negeri inilah aku dan kalian akan memulai kehidupan yang sebenarnya, yaitu ingin menjadi seorang pemuda yang ideal dan pulang seperti apa yang diharapkan masyarakat terhadap kita. Namun di negeri ini pula kita dihadapkan dengan berbagai permasalahan baru yang memang sebelumnya tidak pernah kita temukan. memang ini sudah di era modern dimana tekhnologi sudah berkembang. Internet contohnya, sesuatu yang sangat wajib untuk kita miliki saat ini supaya dalam hidup tidak ketinggalan informasi. Lalu ada facebook yang menjadi sarana paling penting dalam kehidupan kita sehari-hari untuk berkomunikasi dan menyambung silaturrahmi. Tapi sayangnya, banyak yang tidak bisa mengatur waktu sehingga berjam – jam di depan komputer hanya untuk balas komen dan duduk tersenyum. Siapa yang salah disini ? Apa harus kita tinggalkan internet-an atau facebook-an?
Jujur mungkin jawaban pribadiku adalah Tidak. Aku tak sanggup berpisah denganmu facebookku. Namun apakah dengan semuanya itu tidak akan buat kita terlena ? Apa masih ada dihati kita cerita tentang tujuan utama kaki ini berpijak di bumi para nabi ?
Di kesunyian malam, sejenak diri ini berdiam memikirkan ketidakjelasan masa depan yang selalu di tersayatkan dan buramnya masa lalu yang menghantui. Padahal hati ini selalu berharap ingin jadi seorang pemuda yang ideal. Apa engkau punya saran kawan?
Inilah namanya perjuangan jawab hatiku, pasti ada tantangan yang harus dilalui dan tantanganku adalah melawan arus modern tanpa harus ku terbawa arus. Apalagi sekarang aku hidup dimasa muda, yaitu masa yang hidup diantara dua masa yang lemah, dimana masa yang penuh dengan keemasan dan kejayaan dan masa yang akan dimintai pertanggung jawaban khusus kelak di akhirat.
Aku teringat akan sepenggal syairnya bang Rhoma irama yang dikatakan Ikal dalam Film sang pemimpi “masa muda, adalah masa yang berapi api” perkataan presiden Soekarno dalam pidatonya “ambilkan kepadaku sepuluh orang pemuda maka akan kugoncangkan dunia”, bukankah semuanya ini merupakan kata – kata motivasi buatku untuk bergerak dan tidak lupa akan tujuan utamaku pergi ke negeri seribu menara ini ?
“Aku pasti bisa” batinku berucap. Aku harus terus bergerak untuk maju. Jangan terlena dengan keadaan dunia yang sudah semakin tua. Aku harus terus dan terus berpacu, selalu dan selalu. Aku harus yakinkan jiwa ini kalau pemberhentian itu tidak disini, istirahat itu tidak disini, tapi disana di puncak obsesi dan kemuliaan.
Hari berganti hari, aku masih tetap dalam perjuangan ini. Meskipun banyak mahasiswa indonesia disini tapi tetap yang menentukan pribadiku adalah diriku sendiri. Mereka hanya membantuku dalam mengarungi samudera ini, karena memang kita memiliki tujuan yang sama, tapi tetap kesuksesanku ada pada diriku. Aku yang harus menyikapi dan aku yang bertanggung jawab karena ini untuk masa depanku.
Sampai sekarang aku belum bisa berbuat apa – apa. Paling tidak dalam hal ini, agar hidupku bisa lebih bermakna dan bisa memaknai masa – masa indah yang sangat penting ini, yaitu masa mudaku agar bisa menjadi lebih bagus. Mungkin langkah terbaik yang harus aku ambil adalah dengan belajar dari orang – orang yang lebih dahulu hidup, mendengar nasehat mereka, meminta pendapat mereka tentang bagaimana menjadi seorang pemuda muslim yang ideal agar bisa aku terapkan dalam kehidupanku. Dan jika sekiranya aku belum bisa setidaknya aku sudah tahu, karena dalam hal ini tahu lebih bagus daripada tidak tahu sama sekali. Bisa jadi pedoman kalau ingin melangkah dan masih ada kesempatan sebelum melenceng jauh.
Jadi mari kita coba menoleh sejenak ke belakang. Belajar dari sejarah bagaimana pandangan seorang pemuda sukses luar biasa yang bisa memberikan inspirasi kepada banyak manusia dalam menemukan tujuan hidupnya ; Imam Hasan Al Banna. Menurutnya, ada empat kriteria pemuda pahlawan, yaitu keimanan, keikhlasan, semangat dan amal. Keimanan itu terbit dari hati yang cerdas, keikhlasan berasal dari nurani yang suci, semangat berasal dari perasaan yang menggelora dan kerja yang tak pernah henti berasal dari tekad yang kuat. Semoga Allah memberikan kita kehormatan mendapatkan sifat-sifat tersebut.
Sastrawan Pakistan, Muhammad Iqbal, pernah menuliskan dengan indah sifat-sifat seorang pemuda muslim ideal yang penuh kepahlawanan. Sungguh sifat-sifat itu bukanlah khayalan semata, namun benar-benar telah tercermin dalam kepribadian pemuda-pemuda muslim sebelumnya yang menggoncangkan dunia. Dan seharusnya dimiliki oleh calon-calon pahlawan yang ingin mengikuti kehidupan mereka.
Inilah kriteria pemuda muslim yang ideal, semoga aku dan engkau kawan, bisa menjadi bagian dari pemuda pemuda muslim yang ideal itu, atau paling tidak bisa mengikuti jejak mereka.
Dia Pribadi muslim,
Berhati emas, berpotensi prima,
Yang lembut dalam berbahasa
dan teguh membawa Suluh
Dia ibarat sutera halus di tengah sahabat tulus
Dia ibarat gerimis embun tiris
memekarkan bunga-bunga
Dia ibarat topan beliung
Yang mengguncang laut ke relung-relung
Dialah gemericik air di taman asri
Dialah penumbang segala belantara dan Sahara
Dialah pertautan agung iman Abu Bakar
Keperkasaan Ali
Kesederhanaan Abu Dzar
dan Keteguhan Salman
Dia berdiri kokoh di dunia yang bergolak
Ibarat lentera ulama di tengah gulita
Dia memilih syahid fi sabilillah di atas segala kursi dan upeti
Dia menentang tindakan Kuffar
pola aniaya di mana saja
Maka nilainya pun membumbung tinggi
Harganya semakin tak bertepi
Maka siapakah yang akan sanggup membelinya
Kecuali Rabb-nya?
(kalau engkau pernah menonton Sinetron KCB 3, puisi ini pernah dibacakan oleh Ayatul Husna saat siaran di Radio JPMI (mungkin episode 48). Aku dapatnya dari sana.. :-D)
Sungguh kalimat-kalimat yang menginspirasi. Rasanya tak bosan aku membacanya, agar ia bisa menyelusup masuk ke relung jiwa, menggerakkan alam bawah sadar dan melahirkannya menjadi amal..
0 comments:
Post a Comment