Redaksi Menerima kiriman tulisan baik opini, artikel dan lain-lain
Tulisan bisa dikirim via email ke alamat : pwkpii.mesir@gmail.com
Jazakumullah khairan katsiran

Thursday, 22 March 2012

Karimah Al-Marwaziyyah ; Muhaddist wanita penyalur Shahih Bukhori

Ilustrasi

 Oleh : Riri Hanifah Wildani

Sungguh mengagumkan bila menjadi pribadi yang berbeda dari yang lain. Inilah salah satu orangnya, Muhaddits wanita yang apabila dengan izin Allah beliau tidak ada, mungkin kitab Shahih Bukhari tidak kita temukan seperti yang sekarang ini. hmm, seberapa besar andil beliau ini??


Menurut Syaikh Abdul Fattah, beliau adalah seorang wanita mulia dan ahli hadits yang sempurna, Karimah binti Ahmad bin Muhammad bin Hatim al-Marwaziyyah. Beliau bergelar Ummul Kiram dan Siti al-Kiram. Lahir di Marwa tahun 365 H. dianggap memiliki otoritas terbaik atas kitab hadits Sahih Al Bukhari. Al Khatib Al Baghdadi dan Al Humaidi adalah sebagian dari murid-muridnya. Disebutkan pula, diantara para imam yang belajar shahih Bukhori kepadanya adalah Hafizd Abu Bakar Al-Khatib dan Abu Thalib al Husain ibnu Muhammad Zainabi.



Banyak pujian yg dilontarkan untuk beliau. Bahkan Beliau diibaratkan sebagai tiang tengah penyangga hadis-hadis nabi.Leluasan ilmu dan penguasaannya terhadap hadis tidak diragukan lagi, sehingga para ulama besar rela berdesak-desakkan untuk menghadiri majlisnya, demi mendengarkan untaian-untaian hadisnya.

Para ulama mengakui keutamaan dan keteladannya sebagai orang yang pertama kali mengajarkan kitab sahih bukhori secra utuh, tuntas dan menyeluruh. Sehingga abu Dzar, seorang ulama hdis dari kota Harrah, berwasiat kepada murid-murid agar tidak belajar kitab Shahih Bukhari kecuali kepadanya.

Dan lagi-lagi, diberi penghargaan oleh seorang ulama besar, subhanallah. Dalam kitab al-siyar, Ad Dzahabi menggambarkan karakternya sebagai berikut :



Wanita agung, ahli ilmu dan mempunyai sanad hadis yang derajtnya tinggi..Mempelajari shahih Bukhari dari jalur Abu Haitsam al Kusymihani, Dzahir Ibnu Ahmad as –Sarkhasi dan Abdullah ibnu Yusuf ibnu Bamuwaih As-Ashbahani. Tingkat pemahaman dan pengetahuannya di atas rata-rata semakin kuat dipadu dengan kebaikan pekerti dan ketekunannya beribadah.


Bukan hanya itu, Karimah adalah muhaddits yg teliti lagi tegas. Nah, tentang hal ini Imam Abu Ghanaim berkata : Suatu kali Karimah menyodorkan redaksi Shahih Bukhori kepadaku, dan aku menyalinnya sesuai dengan redaksinya. Ketika menyelesaikan tujuh bundel, aku membacanya di hadapannya. Selanjutnya aku bermaksud menyalinnnya sendiri tanpa harus membaca di hadapannya. Dan ketika aku utarakan keinginanku kepadanya, ia menjawab “Tidak bisa, kamu harus memeriksakannya kepadaku. Lalu aku selalu memberikan salinanku kepadanya.


Hm, beliau wafat di Makkah tahun 463 H. Semoga Allah merahmati beliau. Al-Hafizh ibnul Jauzi menyebutkan biografinya dalam kitab al-Muntazhim, VIII : 270, tentang berbagai peristiwa yang terjadi pada tahun 463 H. Ibnul Jauzi menuturkan, “Pada tahun tersebut, telah wafat Karimah binti Ahmad bin Muhammad bin Abi Hatim al-Marwaziyyah. Beliau adalah salah seorang penduduk Kusymihan, sebuah perkampungan di Marwa. Beliau adalah seorang wanita ahli ilmu nan shalihah. Beliau belajar hadits Dari Abu al-Haitsam al-Kusymahani dan yang lainnya. Ada sejumlah imam yang belajar darinya, di antaranya adalah al-Khatib, Ibnu al-Muhthalib, As-Sam`ani dan Abu Thalib Az-Zainabi.”


Al-Hafizh Dzahabi juga berkata dalam kitab al-I`bar III : 254, tentang berbagai peristiwa yang terjadi pada tahun 463 H, “Pada tahun tersebut, Karimah binti Ahmad bin Muhammad bin Hatim, Ummul Kiram al-Marwaziyyah yang tinggal di Makkah meninggal dunia. Ia meriwayatkan kitab Shahihul Bukhari dari al-Kusymihani. Beliau juga meriwayatkan hadits dari Zahir As-Sarakhsi. Beliau memiliki tulisan yang bagus dan salinannya banyak diterima orang. Beliau memiliki pemahaman dan kecerdasan yang menonjol. Beliau tidak pernah menikah sama sekali. Ada yang mengatakan bahwa beliau berusia 100 tahun. Dan banyak orang yang belajar darinya.”


Satu lagi yg unik dari beliau adalah Karimah al-Marwaziyyah salah satu dari ulama yang tidak menikah. Seperti Ibn Taimiyyah, Imam an-Nawawi, dan yang lainnya. Tapi, mereka sama sekali tidak bermaksud untuk menganjurkan meninggalkan sunnah tersebut, yaitu pernikahan. Sebab, menurut hemat penulis mereka juga memahami hal tersebut. Hal ini dikarenakan beliau sangat cinta dengan ilmu sehingga sibuk untuk melibatkan diri dalam perjuangan-perjuangan keilmuan.


Hal yang cukup unik dan langka untuk saat ini. meskipun Allah menyatakan “Ar-rijal qawwamuuna ‘alan nisa’ “ tapi untuk hal ini, akhwat bukan harus mengalah. Dan satu lagi yang menarik, para ulama yang belajar pada beliau-Karimah-tidak sungkan belajar pada seorang wanita. Karena untuk ilmu dan niat ibadah kepada Allah, seseorang berhak belajar pada siapa saja.


Semoga kita termasuk orang2 yang berfastabiqul khairat dan dimudahkan oleh Allah dalam menuntut ilmu, khususnya ilmu agama. Sehingga bisa menunaikan amanah liyuzhirud din di masa yang akan datang.
 _Semoga bermanfaat_

Source : Web Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia ( PW PII ) Sumatera Barat

0 comments:

Post a Comment