Redaksi Menerima kiriman tulisan baik opini, artikel dan lain-lain
Tulisan bisa dikirim via email ke alamat : pwkpii.mesir@gmail.com
Jazakumullah khairan katsiran

Saturday, 31 March 2012

"Mading Cantik" PII Wati Mesir

 Setelah sekian lama tertunda, PII Wati Mesir akhirnya membuat Majalah Dinding (Mading) hasil kreasi para kader putri pada Hari Sabtu, 31 Maret 2012. Kegiatan para kader Putri PII Mesir ini dinakhodai langsung oleh ketua PII Wati saudari Marisa Pitria dan berlokasi di Mabes PII Mesir. Kegiatan penuh kreatifitas ini dimulai dari pukul 11.00 siang sampai pukul 19.00 malam waktu Cairo.

Mading 'Cantik' PII Wati Mesir
Majalah dinding ini sebenarnya telah lama direncanakan oleh PII Wati, namun karena banyaknya kegiatan lain yang diikuti oleh para kader PII Wati serta telah mulai aktifnya perkuliahan membuat kegiatan ini baru bisa dilaksanakan hari ini. Pembuatan mading ini diusahakan oleh para kader PII Wati se-kreatif mungkin sehingga terlihat menarik dan cantik agar para pembaca berminat melihat konten yang ditempel disana. Adapun isinya, merupakan tulisan yang dibebankan kepada seluruh kader PII Wati yang ada di Mesir.

Mading ini sendiri berisikan banyak tulisan dan karya menarik yang dibagi dalam beberapa rubrik seperti Kolom, tokoh, Tabassami (humor), Sastra, hikmah, info dan tentu saja seputar Ke-PII Wati-an. Menurut Mapit -sapaan akrab Marisa Pitria, Ketua PII Wati- Mading ini akan difungsikan sebagai wadah kreatifitas kader PII Wati. Selain itu, mading ini juga bertujuan untuk menambah ilmu dan pengetahuan lewat tulisan-tulisan yang dihasilkan oleh Kader PII Wati yang mayoritas adalah Mahasiswi di Universitas Al-Azhar, Mesir. Tentu saja, tujuan utama mading ini adalah untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan kepada yang non-PII tentang PII Wati dan PII. Hal ini mengingat kegiatan di Mabes PII sendiri cukup dinamis dan sering didatangi oleh pelajar dan mahasiswa yang bukan kader PII.

Ketika ditanya tentang cukup banyaknya kader PII Wati yang tidak hadir, Mapit mengatakan bahwa beberapa kader PII Wati yang lain juga sedang memiliki aktifitas di tempat lain yang tidak bisa mereka tinggalkan. Walau begitu, para kader tersebut tetap menyumbangkan karya mereka untuk ditempel di Mading Cantik PII Wati Mesir ini. Mapit berharap semoga kegiatan membuat mading ini kedepannya dapat menghadirkan seluruh kader PII Wati sehingga kekompakan antar kader PII Wati akan semakin meningkat. Dan semoga dengan kekompakan serta dinamika menulis kreatif yang tertular lewat membuat mading, bisa menjadi langkah awal penguatan eksistensi PII Wati di Mesir.

Nama "Mading Cantik" ini sendiri merupakan akronim dari Majalah Dinding Muslimah Cendekia, militAN, berpresTasI, Kreatif.(UZ)


Wednesday, 28 March 2012

Ketika Ulama berkata Cinta

foto : googleimage
 Oleh : Uda Zami

Paling tidak, ada 3 tokoh besar Islam lintas zaman yang membuat karangan tentang cinta menurut persfektif masing-masing. Yang pertama adalah Imam Al-Ghazali. Dalam kitab Al-Mahabbahnya, beliau mengatakan bahwa cinta kepada Allah adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan ia menduduki level yang tinggi.

"(Allah) mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya." (QS. 5: 54). Dalam tasawuf, setelah di raihnya maqam mahabbah ini tidak ada lagi maqam yang lain kecuali buah dari mahabbah itu sendiri. Pengantar-pengantar spiritual seperti sabar, taubat, zuhud, dan lain lain nantinya akan berujung pada mahabatullah (cinta kepada Allah).

Yang kedua adalah Imam Ibn Hazm Al-Andalusi Az-Zhohiri. Buku Tauqul Hamamah -nya ( Thauq al- Hamâmah fî al-Ulfah wa al-Ulâf ) menyorot tentang cinta antara manusia dengan pandangan yang realistis. Sangat kontras dengan Al-Mahabbah versi Imam Al-Ghazali yang lebih menyorot konsep cinta manusia dengan Rabb-nya. Buku ini cenderung bernuansa Sastra klasik walaupun isinya sendiri banyak menggambarkan konsep Ibn Hazm dalam memegang Dienul Islam Ini. Ketinggian nilai bahasanya serta kedalaman maknanya menjadikan buku ini salah satu referensi utama dalam psikologi cinta klasik di eropa.

Menurut Ibnu Hazm, cinta itu sulit diuraikan. Tetapi pada orang yang jatuh cinta terdapat pertanda.Pertama, kecanduan memandang orang yang dikasihi. Kedua, segera menuju ke tempat kekasih berada, sengaja duduk di dekatnya dan mendekatinya. Ketiga, gelisah dan gugup ketika ada seseorang yang mirip dengan orang yang dicintainya. Keempat, kesediaan untuk melakukan hal-hal yang sebelumya enggan dilakukannya. Adapun yang mencoreng cinta menurut Ibnu Hazm adalah berbuat maksiat dan mengumbar hawa nafsu.

Diantara tulisan beliau dalam buku tersebut, “Cinta awalnya permainan dan akhirnya kesungguhan. Dia tidak dapat dilukiskan, tetapi harus dialami agar diketahui. Agama tidak menolaknya, syariat pun tidak melarangnya."

Yang ketiga adalah Imam Ibn Qayyim Al-Jauziyah. Ulama besar ahli hukum yang dikenal juga sebagai Ahli 'Penyakit dalam / penyakit jiwa dan hati' ini menjelaskan konsep cinta dalam persfektif tersendiri. Buku Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin yang beliau karang, mencoba untuk memandang dua konsep cinta diatas (cinta hamba kepada Rabb-nya dan Cinta hamba sesamanya) dengan pandangan yang lebih berimbang.

Di awal buku, Ibnul Qayyim terlebih dahulu mencoba mendefenisikan cinta itu tersendiri. Beliau berkata “Karena pengertian manusia tentang istilah cinta ini sangat mendalam dan lebih banyak berkaitan dengan hati mereka, maka tidak heran jika nama-nama lain untuk istilah cinta juga cukup banyak. Ini hal yang sangat lumrah dalam suatu yang dipahami secara mendalam atau rentan bagi hati manusia". Menurut beliau, ada lebih 50 padanan makna yang sesuai dengan kata Al-Hubb / cinta, diantaranya sebagai berikut :

  • Cinta bermakna kesucian, kebeningan dan kejernihan. 
  • Cinta bermakna percikan dan riak, seperti riak dan percikan air yang tampak ketika hujan deras turun. Begitu juga dengan cinta seseorang membuat hati beriak ketika teringat dengan sang kekasih. 
  • Cinta bermakna teguh dan tidak berpindah, sebagai-mana teguhnya unta ketika ia duduk diperintah oleh majikannya, sekalipun banyak batu cadas yang melukainya, begitu pula dengan cinta ketika ia telah terbuhul kuat, maka ia tidak akan mau berpindah ke pada yang lain.
  • Cinta bermakna inti, isi dan biji yang dijadikan benih. 
  • Cinta bermakna bejana besar dan berisi penuh yang tidak mungkin lagi dimuat dengan sesuatu yang lain, begitu pula dengan cinta ketika ia telah memenuhi hati, ia tidak dapat diisi dengan sesuatu yang lain. 
  • Cinta juga bermakna tungku sebagai tempat pembakaran yang diatasnya diletakkan sesuatu, begitu juga dengan cinta, ia menerima beban yang dipikul atas nama cinta

Imam Ibnul Qayyim dalam kitab ini juga membagi Cinta ke dalam beberapa tingkatan, yang pertama adalah Al-Alaqoh yaitu adanya ikatan dan hubungan seseorang dengan kekasihnya. Yang kedua adalah Ash-shobaabah artinya orang tersebut mencurahkan atau menumpahkan cintanya kepada kekasihnya.

Yang ketiga adalah Al-Ghorom, yaitu melekatnya rasa cinta di dalam hatinya sampai-sampai kecintaan tersebut takkan bisa lagi dipisahkan dari dirinya. Yang keempat adalah Al-'Isd yaitu rasa cinta yang berlebihan dan mengandung syahwat. Mencintai lawan jenis karena fisiknya. Yang kelima adalah Asy-syauq yaitu Hati yang serasa berjalan dan terbang menuju yang dikasihinya. Yang keenam At-Tatayum yaitu penghambaan, pemujaan kepada seseorang yang dia cintai dan ini mengandung makna ketundukan, menghinakan dirinya kepada kekasihnya, seperti budak, seorang hamba sahaya yang menundukkan kecintaannya pada tuannya.

Dan yang selanjutnya adalah Al-Hullah dan ini adalah puncaknya kecintaan, kecintaan yang paling sempurna dan penghabisannya sehingga tidak tersisa lagi kecintaan di dalam hatinya kecuali kepada sang kekasih

Salah satu kutipan dalam kitab beliau yang terkenal adalah ucapan beliau, “Cinta itu mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, memunculkan keberanian, mendorong berpenampilan rapi, membangkitkan selera makan, menjaga akhlak mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, serta menjaga adab dan kepribadian. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang shaleh dan cobaan bagi ahli ibadah.”

Konsep cinta versi Ibnul Qayyim sendiri bisa dipakaikan dalam hubungan sesama Makhluk maupun kepada Allah. Tentunya kalau kita gabungkan 3 konsep besar dari ulama ini, kita akan mengambil kesimpulan bahwa cinta sesama manusia itu sendiri merupakan hal yang tidak bisa dihindari, walau begitu seorang mu'min yang ta'at dan cinta kepada Allah akan selalu menyandarkan cintanya hanya kepada Allah, atau dalam bahasa lain bahwa cintanya kepada manusia adalah sebab mencintai Allah juga.

Konsekuensi ketika seseorang mencintai manusia karena Allah adalah bahwa dalam mencintai manusia tersebut, ia tidak akan melewati pagar-pagar syari'at yang telah ditetapkan oleh Allah. Ia akan selalu menjaga cintanya hanya kepada Allah. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhori dan Imam Muslim dari Sahabat Anas bin Malik, Rasulullah menyebutkan ada 3 golongan yang akan merasakan manisnya iman, salah satunya adalah yang mencintai seseorang semata-mata hanya karena Allah.

Dari hal diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa pembahasan tentang cinta sendiri merupakan hal yang sangat menarik dari dulunya, dan bahasan ini tidak mengenal sekat. Semua orang bahkan para Ulama pun ikut membahasnya. Bahasan cinta bukanlah hal yang tabu karena ia adalah fitrah manusia yang diberikan Allah kedalam Hati mereka. Yang jadi masalah adalah ketika cinta menjauhkan seseorang dari Yang Maha Mencinta, Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bagaimana mungkin kita mengaku mencintai seorang kekasih karena Allah lalu kita lakukan larangan yang telah Allah tetapkan bagi kita ?

Monday, 26 March 2012

Roger Garaudy, Juru Bicara Islam di Barat

“Akibat keberhasilan suatu sistem ternyata lebih berbahaya daripada dampak kegagalannya. Bahayanya terletak pada model kemajuan Barat. Kemajuan yang tidak peduli apakah itu diwakili Kapitalisme, yang melahirkan berbagai perang dan krisis intern, atau Sosialisme Soviet, yang dengan model yang sama mendera rakyatnya, memeras Dunia Ketiga dan melahirkan persaingan senjata serta kekuasaan.” (Roger Garaudy).


Roger Garaudy adalah ‘juru bicara’ Islam bagi orang-orang Barat. Sesuatu yang membuat masyarakat Barat merasa heran, jengah, dan marah.“Dari semenjak berabad-abad, Barat menyalah fahamkan Islam, dan menganggapnya sebagai musuh yang sangat berbahaya. Sekarang juga kebangkitan Islam dan naik turunnya ajakan kepada Syari’at sering menimbulkan rasa curiga dan gelisah. Sikap semacam itu terhadap yang dianggap orang biadab dari Timur telah membenarkan serbuan-serbuan kolonial dan imperial Barat yang beragama Kristen dengan membebaskan mereka dari mengakui kejahatan dan tanggung jawabnya.”Demikian antara lain, tertulis pada sampul buku Roger Garaudy, Promesses de l’Islam yang diterjemahkan Prof. DR. H.M. Rasjidi menjadi Janji-Janji Islam (di-terbitkan pertama kali tahun 1982 oleh Pe-nerbit Bulan bintang, Jakarta).

Masih pada sampul buku tersebut, dikatakan bahwa Roger Garaudy menentang keras sikap membuta-tuli Barat yang mencelakakan itu serta mengajak kepada musyawarah yang sehat antara peradab-an-peradaban yang merupakan saudara dalam sejarah. Ia mengingatkan utang budi Barat kepada Islam yang tak putus-putusnya memberi bahan dan menyuburkan seni, filsafat, begitu juga sains, teknik, hukum dan sastra. Dalam beberapa hal, Timur lebih maju dari Barat yang belum cukup beradab. Dalam pertempuran Poitiers, yang lebih biadab barangkali bukan yang dikalahkan oleh Charles Martel (ta-ngan kanan raja Spanyol, Frank, yang mengalahkan tentara Islam di Poitiers pada tahun 1732).

Roger Garaudy, boleh jadi, membuat Barat marah, karena ia memandang peradaban Barat sedang mengarah pada kehancuran; sebuah ‘ramalan’ yang sebenarnya juga sudah dikemukakan sejak jauh-jauh hari antara lain oleh para sejarawan seperti Oswald Spengler (Prusia) dan Arnold Toynbee (Inggris).ramalan-ramalan’ (ilmiah) itulah pula, agaknya, yang kemudian melahirkan tesis Huntington yang terkenal, The Clash of Civilizations (bentrok antar peradaban), yang menempatkan Islam sebagai salah satu ancaman bagi peradaban Barat.

Dan, bukan tidak mungkin, ramalan-ramalan ilmiah itulah yang mengendap di kepala George Bush junior dan kawan-kawan, yang akhirnya mengilhami mereka untuk menyatakan perang terhadap dunia Islam, dengan selubung perang melawan terorisme.Hal seperti itu tentu bisa membuat Roger Garaudy menangis, seandainya ia bisa menyaksikan di alam kehidupannya yang baru.Lalu, siapakah sebenarnya Roger Garaudy? Di bawah ini adalah sebagian dari biografinya, yang bersumber dari pengungkapannya sendiri.

Terjebak di tengah krisis

Saya seorang filsuf Prancis yang di-anggap terkemuka. Semula nama saya Roger Garaudy, setelah menjadi muslim, nama itu saya ubah menjadi Raja Jaraudy. (Dalam bahasa Arab, raja’ berarti harapan).

Tahun itu, 1933, Eropa sedang ter-puruk dalam krisis besar, yang baru reda pada tahun 1939. Saya masih seorang pelajar ketika menyaksikan Hitler naik ke puncak kekuasaan. Krisis tersebut mendorong saya masuk Kristen (sebelumnya atheis). Mengapa?

Kristen adalah pilihan pertama, dengan harapan saya bisa menemukan arti hidup di sana, karena saat itu kami, orang-orang Eropa, yakin bahwa kami sedang menyaksikan akhir dunia karena krisis yang teramat hebat itu. Pada saat yang sama, saya juga melihat Komunis sebagai topangan lain. Komunis saya lihat sebagai satu-satunya pilihan untuk dapat lolos dari krisis tersebut, dan karena di mata saya Komunis adalah front terbaik untuk menghadang Nazisme Hitler.

Di Prancis, misalnya, kebanyakan penulis, seniman, para dosen universitas, serta para pemenang hadiah Nobel, semua menjadi anggota Partai Komunis, atau sedikitnya menjadi para sahabat Komunis.

Kegiatan saya waktu itu akhirnya menyeret saya masuk ke tahanan. Saya terjeblos ke penjara pada tahun 1940, dan masih dikurung sampai akhir Perang Du-nia ke-II, di sebuah kamp yang terletak di sebuah gurun Aljazair (jajahan Prancis). Di sinilah saya alami kejadian aneh. Ketika itu saya memimpin pemberontakan dalam kamp, yang membuat saya ditangkap dan disidang, lalu harus menerima vonis hukuman tembak. Komandan pasukan Prancis menyerahkan saya kepada para serdadu muslim Aljazair, untuk dieksekusi.
Perjalanan menuju Islam

Bukunya yang membuat Israel marah: Mitos-mitos di Balik Pendirian Negara Israel.
Saya terkejut ketika mereka menolak mengeksekusi saya. Mereka mengajukan beberapa alasan yang tidak saya pahami, karena mereka bicara dalam bahasa Arab. Baru belakangan, melalui teman berkebangsaan Aljazair, saya mengetahui bahwa alasan mereka tak mau menembak saya adalah karena mereka muslim. “Sebagai muslim, mereka tidak mau menembak orang yang tidak berdaya.”

Itulah perkenalan pertama saya dengan Islam, dan itu memberikan pengalaman yang saya rasa lebih berharga daripada yang pernah saya terima di Sorbonne (nama salah satu gedung di universitas Paris yang terkenal, sehingga seolah merupakan nama universitas itu sendiri).Setelah bebas, saya masih tinggal di Aljazair selama setahun, dan selama itulah saya bertemu dengan orang berpribadi besar, yang sangat mempengaruhi pikiran saya. Dia seorang pemimpin muslim bernama Syaikh Al-Basyir Al-Ibrahimi, yang ketika itu menjadi Ketua Liga Sarjana Muslim Aljazair.

Saya menemui beliau ditemani Ammar Ozijan, penulis buku The Best Holy War. Di markas beliau, saya melihat sebuah foto besar. “Ini foto Amir Abdul Qadir Al-Jaziri,” katanya, “seorang musuh Prancis, dan merupakan seorang pahlawan besar abad 19.”Pelajaran tentang Islam yang saya terima dari beliau adalah perekenalan kedua saya dengan Islam. Perkenalan yang ketiga terjadi setelah perang Aljazair.

Saya menganggap Aljazaiar tanah air kedua setelah Prancis. Di sana saya menjadi orang yang anti-(politik)-Prancis. Saya menulis banyak artikel yang mengungkapkan penindasan dan tindakan-tindakan keji tentara Prancis.

Perubahan itu tentu saja tidak mendadak, tapi ternyata sangat efektif sejauh menyangkut kepercayaan dan jalan pikiran kaum pelajar serta para pekerja di tengah rakyat.Saat itu saya menjadi profesor sebuah universitas, tapi saya justru memetik pelajaran berharga dari para pelajar dan pekerja; yaitu bahwa akibat keberhasilan suatu sistem ternyata lebih berbahaya da-ripada dampak kegagalannya. Bahayanya terletak pada model kemajuan Barat. Ke-majuan yang tidak peduli apakah itu diwa-kili Kapitalisme, yang melahirkan berbagai perang dan krisis intern, atau Sosialisme Soviet, yang dengan model yang sama mendera rakyatnya, memeras Dunia Keti-ga dan melahirkan persaingan senjata serta kekuasaan
.
Ingat saja slogan-slogan Stalin dan penggantinya, Kruschev, yang memusatkan perhatian pada kepentingan pemburuan dan persaingan (Sosialisme) dengan Kapitalisme. Saya tidak tahu Sosialisme apa namanya ini.

Ketika saya membuka mata lebih lebar, saya pun yakin dengan metode kemajuan dan perkembangan seperti itu a-dalah mustahil mewujudkan ajaran Sosialis. Sosialisme yang dicanangkan Soviet itu tidak akan pernah terwujud di suatu bagian dunia mana pun. Saya, akhirnya, keluar dari Partai Komunis.Itu terjadi tahun 1970.

Pergaulan yang lama dan terakhir dengan Islam bermula di tahun 1968, ketika – menurut keyakinan saya – gejala pertama dari suatu perubahan di tengah-tengah orang Eropa secara umum, dan dalam politik Prancis khususnya, mulai kelihatan.Setelah itu, saya bekerja sama dengan sejumlah pejabat UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), mendirikan The institute for the Dialogue among Civilizations (Yayasan Internasional untuk Dialog antar Kebudayaan). Tujuannya adalah menyoroti peran-an negara-negara non-Barat dan sumbangan-sumbangan mereka bagi kebudayaan dunia, sehingga dalam soal ini tidak bisa hanya stempel Barat saja yang harus diakui, yang menyebabkan orang-orang Barat muncul sebagai orang-orang super (unggul).

Saya menerbitkan sejumlah buku penunjang kegiatan itu, untuk membuktikan bahwa kebudayaan Barat, yang menon-jolkan individualisme, telah menjauhkan nilai kemanusiaan dari diri manusia sendiri, memisahkannya dari keagungan ruhaniah, merampasnya dari rasa kemasyarakatan, dan meletakkan suatu bentangan di antara sains dan teknologi di satu sisi dan sains dengan akal di sisi yang lain. Itu kuno, dan karena itu tidak diperlukan lagi pada masa sekarang
.
Saya juga menerbitkan beberapa buku yang menentang pengakuan mereka bahwa negara-negara lain tidak punya andil dalam kebudayaan Barat. Salah satu di antaranya adalah buku berjudul The Glad Tidings of Islam (Berita-Berita Gembira Islam), dan sebuah buku berjudul Islam Dwells in our Civilization (Islam Menetap dalam Kebudayaan kita). Dengan demikian, anda dapat melihat betapa dekatnya saya dengan Islam, dan bagaimana saya telah menempuh perjalanan panjang me-nuju Islam.

Pertemuan intuisi dan akal

Jika saya mengenang kejadian-kejadian yang berkenaan dengan pengalaman pribadi saya, dapat saya kemukakan bahwa yang paling mengganggu adalah pencarian saya atas titik temu antara intuisi (ilham; naluri) dan akal. Al-hamdu lillah, Islam menjamin saya untuk mencapai titik temu keduanya.

Ketika peristiwa-peristiwa dunia telah membutakan dan menekan, melahirkan sejumlah kemajuan dan kekerasan, Al-Qurãn mengajar kita untuk merenungi dunia ini dan kemanusiaan, sebagai suatu kesatuan. Sehingga, dengan demikian, peran yang dimainkan manusia mempunyai beberapa makna. Jika kita melupakan Allah, kita menjadi budak yang bertindak sebagai alat kepentingan luar. Sedangkan dengan mengingat Allah – dalam shalat, kita mendapatkan kesadaran tentang status dan fitrah kita, yang merupakan alasan keberadaan kita.

Al-Qurãn mengimbau untuk memandang segala hal dengan segala kejadian sambil menghubungkannya dengan Pencipta, dan sebagai lambang kenyataan yang buktikan bahwa Dialah yang telah membuat peraturan yang unik ini, yang mengendalikan alam dan manusia.Sifat dasar agama (Islam) ini adalah kerjasama dan persatuan berdasar kehendak Allah, dan (ajaran bahwa) kepadaNya akhirnya kita kembali.Hal yang menyebabkan manusia menjadi manusia adalah kemungkinannya untuk mencapai nilai-nilai yang dirancang Allah. Dia bisa mematuhi perintah Allah atau menentangnya. Islam tidak merecoki makhluk-makhluk lain seperti tumbuhan, hewan, dan barang-barang yang tidak bisa bebas dari aturan yang mengendalikan mereka. Kita tahu, hanya manusia yang bisa membantah.

Manusia bisa menjadi seorang muslim menurut kemauan bebas serta pilihannya, ketika ia menyadari sistem yang menyatukan alam ini. Manusia bertangung jawab sepenuhnya terhadap nasibnya sendiri, sebagaimana ia mempunyai kemampuan untuk menentang atau patuh terhadap tuntunan-tuntnan Allah.

Sejarah dari sudut persatuan


Dari suatu seminar yang diadakan UNSECO (ia tidak menyebut tahunnya) di Paris, yang mengambil tema Dapatkah Islam Memimpin Masa Depan Barat?, saya mengajukan kemungkinan untuk membaca sejarah dari sudut pandang persatuan. Yaitu bahwa Nabi Ibrahim, Isa, dan Muhammad saw, satu sama lain, saling menguatkan.

Dengan cara pandang itu, saya menegaskan bahwa setiap rasul yang diutus Allah telah meletakkan dasar bagi rasul yang menggantikannya. Allah memilih Nabi Muhammad sebagai penutup para rasul dari agama-agama wahyu itu. Ini berarti bahwa Islam telah sempurna dengan turunnya Al-Qurãn, yang di dalamnya menyebutkan bahwa semua rasul adalah muslim.

Islam adalah satu-satunya agama yang mengakui agama-agama terdahulu, dan menganggap semua rasul sebagai muslim. Nabi Muhammad tidak mengatakan bahwa ia membawa ajaran baru. Sebaliknya, ia menegaskan bahwa ia diutus untuk mengembalikan manusia pada agama Ibrahim; dan menerangkan bahwa ajaran agama-agama terdahulu telah dipu-tarbalik oleh Yahudi.

Dua pilihan manusia

Seperti telah saya ungkapkan, kini kita sedang berhadapan dengan berbagai kebebasan lain dan bentuk negara lain, yang bisa kita tegakkan. Saya yakin bahwa kini cuma ada dua pilihan bagi manusia.

Manusia bisa berdiri di baris terdepan di depan makhluk hidup yang lain, sebagai binatang yang lebih maju; yang bedanya dengan makhluk-makhluk lain adalah karena ia mempunyai sel-sel otak yang lebih banyak, dan tangannya lebih trampil, jika dibandingkan dengan hewan. Itu semua adalah alat baginya untuk bersaing dengan sesamanya, untuk memuaskan nafsu kehewanannya. Mereka berlomba-lomba berebut makanan, membuat rumah, dan alat-alat untuk membela diri. Tapi, mereka akan tetap sebagai hewan yang memproduksi peralatan, senjata-senjata untuk dirinya sendiri; dan kebebasannya bisa diukur dalam hubungan dengan besarnya kemampuan untuk berkembang, serta kekuasaannya atas alam dan sesamanya. (Itu pilihan yang pertama).

Pilihan kedua adalah bahwa perbedaan antara manusia dengan hewan tidak terletak pada kemampuan dasarnya untuk menghasilkan peralatan dan senjata, tapi pada kemampuannya untuk bergerak dari fase (tahap) kekinian ke fase abadi, dari fase tindakan ke fase pengertian tentang hidup dan mati, yang dengan itulah manusia menjadi beda dari makhluk-makhluk lain.

Membendung kampanye zionis

Tentang maksud saya mendirikan The International Institute for the Dialogue among Civilizations adalah untuk mem-bendung kampanye Zionis yang sangat terorganisir dengan baik di Barat, yang tentu berusaha menjegal tumbuhnya pengertian yang benar terhadap Islam. Yaya-san yang kami dirikan itu meliputi usaha-usaha seperti berikut:

Pertama, untuk memulai pekerjaan itu dengan mengarang dua buku sebagai langkah awal, yang salah satunya telah diterbitkan dengan judul The Glad Tidings of Islam, yang di dalamnya saya berusaha mengemukakan kenyataan bahwa Zionis menemui kegagalannya di Barat kini, da-lam mempropagandakan pengakuan-pengakuan bersifat dongeng yang memutar balik fakta, untuk membuktikan bahwa me-reka adalah “manusia pilihan Tuhan”, dan bahwa Palestina adalah “tanah yang di-janjikan” bagi mereka, sehingga karena itu mereka secara leluasa menginjak-injak hak-hak bangsa Palestina.

Dongeng Zionis mengajukan pernyataan sejarah dalam Perjanjian Lama untuk menunjang politik ekspansi (perluasan wi-layah) mereka (untuk mendirikan apa yang mereka sebut The Kingdom of David – Kerajaan Daud, yang dalam dokumen The Zionist Protocol sebenarnya meliputi se-luruh dunia). Mereka tidak hanya akan mencaplok daerah-daerah dari Sungai Nil hingga Selat Dardanela, tapi juga Terusan Suez, daerah Teluk, dan juga Maroko, seperti dikatakan Ariel Sharon.▲


(Diterjemahkan dari majalah Kedubes Malaysia, Islamic Herald a PERKIM bimonthly magazine, volume 8, 1984).

5 tanda seseorang mengidap penyakit suka menunda


Kebiasaan terus menerus menunda suatu tugas atau pekerjaan yang tidak disuka dan malah mengerjakan tugas atau pekerjaan lain dalam bahasa psikologi disebut procrastination. Orang yang memiliki gejala ini disebut procrastinator. Walaupun kelihatan seperti masalah sepele tetapi akan sangat merugikan apabila seseorang menjadi procrastinator terlalu lama. Ada beberapa ciri yang biasa dimiliki oleh seorang procrastinator. Apakah kita termasuk salah satunya ?

1. Optimis vs takut

Seorang procrastinator biasanya sangat percaya diri bisa menyelesaikan satu pekerjaan dalam waktu singkat. Misal, kita merasa mampu membuat pembukuan dalam waktu 2 jam. Jadi jika ada waktu 12 jam, 10 jam bisa dipakai untuk bersantai, dong. Padahal, alasan sebenarnya karena malas, takut tidak bisa, atau tidak menyukai pekerjaan ini.

2. Merasa terlalu sibuk

Merasa terlalu sibuk akhirnya membuat seseorang procrastinator jadi tidak mengerjakan tugas yang seharusnya dia kerjakan. Misal, kita merasa tidak bisa membuat pekerjaan karena harus membersihkan kamar sekaligus memasak. Padahal pada akhirnya, tidak satu pun dari tugas itu yang dikerjakan.

3. Keras kepala

Seorang procrastinator merasa kalau dia sama sekali tidak bisa dipaksa untuk melakukan sesuatu. Ini karena adanya keyakinan, segala sesuatu harus diatur oleh diri sendiri atau harus menunggu mood bagus muncul dengan sendirinya.

4. Selalu menjadi korban

Karena tidak bisa mengerjakan tugas dengan baik atau mendapatkan nilai jelek, seorang procrastinator merasa dia adalah korban dari keadaan. Sayangnya procrastinator sama sekali tidak sadar jika itu semua akibat dari kesalahannya sendiri.

5. Suka beralih

Saat harus mengerjakan tugas, tiba-tiba kita ingin mendengarkan musik atau menonton TV. Ini salah satu ciri procrastinator yang sering dimiliki seseorang. Karena ingin menghindari tugas yang bikin takut, akhirnya procrastinator memilih untuk melakukan hal lain yang kurang penting.


Ada beberapa hal yang bisa menimbulkan sifat procrastination:

1. Kepercayaan yang salah (false belief).

Maksudnya adalah kepercayaan yang salah , seperti :   kerja lebih baik dan lebih terasa menantang jika kita berada di bawah tekanan atau waktu yang sempit.

2. Takut gagal.

Ketakutan berlebih jika kita bakal gagal mengerjakan tugas itu dan akhirnya lebih memilih menghindar.

3. Perfeksionis.

Ingin semua sempurna akhirnya membuat kita merasa tidak perlu mengerjakan satu tugas yang tidak kita sukai.

4. Terburu-buru.

Sifat buru-buru atau biasa disebut impulsif membuat procrastinator cepat sekali beralih melakukan hal lain selain tugas utamanya.

5. Memberontak.

Procrastination bisa muncul sebagai reaksi pemberontakan terhadap orang tua ataupun atasan yang otoriter alias suka mengatur kehidupan/pekerjaan kita. Procrastinator memberontak dengan cara tidak ingin diatur dalam kehidupan/pekerjaan


Berikut beberapa tips untuk menanggulagi penyakit Procrastination :


1. Lakukan untuk orang yang kamu cintai

Lakukan tugas mu untuk orang yang kamu cintai seperti Orang tua , kakak , adik , keluarga , sahabat , guru , dll , dan bayangkan ekspresi wajah mereka ketika melihat kamu tidak melakukannya.Kita tentunya tidak ingin melihat air mata jatuh membasahi pipi ibu kita hanya karena kita malas dalam melaksanakan tugas bukan ?

2. Lakukan di waktu produktifmu

Misalnya, waktu produktifmu adalah jam 8 pagi sampai jam 12 siang dan jam 6 sore sampai jam 9 malam . Maka, lakukanlah di waktu-waktu tersebut. Setelah waktu produktifmu lewat, beristirahatlah atau lakukan hal yang lain.

3. Lakukan dengan cara yang lain

Kamu tidak harus melakukannya dengan cara yang umum. Kamu dapat melakukannya dengan caramu sendiri . Buatlah itu se-menyenangkan mungkin.Kalau perlu ganti suasana agar kamu merasa "baru" dan bersemangat. Jika kamu, contohnya, senang mengerjakan pekerjaan rumahmu di kafe atau mall, kamu dapat melakukannya. Hanya saja jangan biarkan hal-hal lain mengalihkan perhatianmu.

4. Beri hadiah pada dirimu sendiri

Tentukan hadiah yang akan kamu berikan untuk dirimu sendiri jika kamu berhasil melaksanakan tugas , misal " Jika aku berhasil membaca 50 halaman hari ini , maka nanti sore aku akan jalan-jalan ke mall".

5. Pikirkan konsekuensi jika kamu menyerah / tidak melakukannya

Selalu bayangkan akibat terburuk jika kamu tidak melakukan tugas mu.Misalnya ; jika kamu tidak membuat tugas , maka kamu akan gagal naik tingkat dan orang tua mu akan sedih , atau jika kamu tidak mengerjakan tugas , maka sahabat mu akan kecewa padamu.

6. Bagikan perasaan dan keadaanmu kepada orang yang bisa memotivasimu

Memiliki seseorang disampingmu yang bisa memotivasi adalah sesuatu yang baik . Jangan ragu-ragu untuk berbagi dan meminta bantuan jika seseorang bisa menolongmu. Itu seperti energi ekstra dalam perjalananmu.Namun sekedar catatan Pilihlah orang yang tepat untuk memotivasi mu.

7.Kalau tugas mu itu adalah tugas yang reguler dikerjakan , maka paksakan dirimu untuk membiasakan diri

 misalnya kamu adalah mahasiswa yang harus membaca buku minimal dua buah buku per minggu , maka atur waktu mu untuk membaca , dan paksakan dirimu selalu membaca di waktu yang sama , secara berulang-ulang , hingga tubuhmu pun lama-lama akan enjoy dan menikmatinya.

oh ya , yang paling penting adalah DO IT With LOVe ... semua yang dikerjakan dengan landasan cinta , akan membuatnya terasa tenang dan nyaman

Sumber : Kaskus.us , dengan sedikit perubahan

MCP 12 mengadakan kajian perdana


Peserta Kajian
Alumni Intra PII Mesir 2012 yang tergabung dalam marhalah members group MCP 12 mengadakan kajian perdana Senin (26/3) di Kantor Mabes PII Mesir. Kajian MCP 12 kali ini membahas salah satu tema ekonomi islam kontemporer yaitu masalah Asuransi. Acara yang dimoderatori oleh Asep Rifqi ini dimulai pada pukul 2 siang dengan presentator saudari Neng Fitri Hedi Susanti.


Kajian berlangsung hangat dan dinamis, dimulai dengan paparan singkat mengenai sejarah Asuransi. Neng Fitri sebagai presentator menjelaskan bahwa asuransi sebagai sebuah istilah ekonomi baru dikenal di abad 14 ini. Walau demikian, ada juga beberapa kegiatan yang mirip dengan asuransi dan sudah dikenal sejak dulunya, seperti kisah pengumpulan bahan makanan oleh seluruh penduduk mesir untuk mempersiapkan masa paceklik. Menurut mahasiswi Syariah Islamiyah Al-Azhar cabang Alexandria ini, secara prinsip kisah ini mengandung semangat asuransi.

Diskusi semakin hangat ketika presentator mulai membahas asuransi lewat kacamata islam. Dalam makalahnya, Neng fitri menjelaskan bahwa lembaga asuransi ini sangat mengandung bahaya riba, gharar dan tipu daya. Namun, islam lewat para ulamanya datang membahas asuransi lewat kacamata islam, lalu memberikan solusi agar akad asuransi bisa terlaksana namun tetap memegang dasar-dasar hukum islam. Hal ini memunculkan dua jenis lembaga asuransi di tengah masyarakat, asuransi konvensional dan asuransi berbasis syariah.

Diskusi dilanjutkan dengan tanya jawab dari masing-masing peserta. Kebanyakan peserta banyak bertanya seputar proses apa saja yang terjadi dalam asuransi serta bagaimana sebenarnya asuransi dalam kacamata islam. Diakhir diskusi, supervisor kajian saudara Zamzami saleh dan Agus solehudin memberikan sedikit masukan terkait penulisan makalah terutama agar kedepan pembuatan dan pemilihan judul makalah lebih dispesifikkan lagi. Agus Solehudin juga berpesan kepada peserta kajian agar senantiasa menggali lagi khazanah keilmuan islam serta untuk mulai memikirkan dan mengonsep sebuah aktifitas perekonomian dengan basis epistimologi islam.

Kajian kali ini dihadiri oleh 8 orang kader PII kualifikasi Intra dan berakhir pada pukul 17.30 sore.
Neng Fitri sedang menjawab pertanyaan dari Mapit dan Riri



Peserta kajian terlihat serius menyimak paparan dari presentator

Diskusi hangat namun santai

Thursday, 22 March 2012

Maulana Syekh Sulaiman Ar-Rasuli ; Ulama tangguh pembela mazhab Syafi'i






Perkembangan agama Islam di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kiprah para tokoh agama dan ulama besar yang giat menyebarkan ajarannya di berbagai wilayah. Sejauh ini, Sumatera Barat merupakan salah satu daerah yang melahirkan banyak ulama terkemuka. Di antara ulama terkemuka tersebut adalah Syeikh Sulaiman ar-Rasuli.

Syeikh Sulaiman ar-Rasuli al-Minangkabawi, lahir di Candung, sekitar 10 km. sebelah timur Bukittinggi, Sumatra Barat, 1287 H./1871 M., wafat pada 29 Jumadil Awal 1390 H./1 Agustus 1970 M. Ia adalah seorang tokoh ulama dari golongan Kaum Tua yang gigih mempertahankan madzhab Syafi’i. Tak jarang pula, Beliau dipanggil dengan sebutan "Inyik Candung". Ayahnya, Angku Mudo Muhammad Rasul, adalah seorang ulama yang disegani di kampung halamannya.

Syeikh Sulaiman ar-Rasuli, yang lebih dikenal oleh para muridnya dengan nama Maulana Syeikh Sulaiman, sejak kecil memperoleh pendidikan awal, terutama dalam bidang pelajaran agama, dari ayahnya. Sebelum meneruskan studinya ke Mekah, Sulaiman ar-Rasuli pernah belajar kepada Syeikh Yahya al-Khalidi Magak, Bukittinggi, Sumatera Barat. Pada masa itu Masyarakat Minang masih menggunakan sistem pengajian surau dalam bentuk halaqah sebagai sarana transfer pengetahuan keagamaan.

Pendidikan terakhir Syeikh Sulaiman ar-Rasuli al-Minangkabawi adalah di Mekkah. Ulama yang seangkatan dengannya antara lain adalah Kiyai Haji Hasyim Asyari dari Jawa Timur (1287 H/1871 M - 1366 H/1947 M), Syeikh Hasan Maksum, Sumatra Utara (wafat 1355 H/1936 M), Syeikh Khathib Ali al-Minangkabawi, Syeikh Muhammad Zain Simabur al-Minangkabawi (sempat menjadi Mufti Kerajaan Perak tahun 1955 dan wafat di Pariaman pada 1957), Syeikh Muhammad Jamil Jaho al-Minangkabawi, Syeikh Abbas Ladang Lawas al-Minangkabawi dll.

Sementara ulama Malaysia yang seangkatan dan sama-sama belajar di Mekkah dengannya antara lain adalah Syeikh Utsman Sarawak (1281 H/1864 M - 1339 H/1921 M), Tok Kenali (1287 H/1871 M - 1352 H/1933 M) dll.

Ketika tinggal di Mekah, Syeikh Sulaiman ar-Rasuli al-Minangkabawi selain belajar dengan Syeikh Ahmad Khatib Abdul Lathif al-Minangkabawi, beliau juga mendalami ilmu-ilmu daripada ulama Kelantan dan Pattani. Guru-gurunya ketika di Mekah antara adalah, Syeikh Wan Ali Abdur Rahman al-Kalantani, Syeikh Muhammad Ismail al-Fathani dan Syeikh Ahmad Muhammad Zain al-Fathani, Syeikh Ali Kutan al-Kelantani, dan beberapa ulama Melayu yang bermukim di sana.

Perjuangan

Sekembalinya dari Mekah, Syeikh Sulaiman mendirikan pondok pesantren di tanah kelahirannya di Bukit Tinggi, Sumatera. Beliau berusaha untuk mempertahankan pengajaran menurut sistem pondok. Namun pada akhirnya, pengajian sistem pondok secara halaqah dengan bersila di lantai dalam pendidikan Syeikh Sulaiman ar-Rasuli mulai dikombinasikan menjadi sistem persekolahan, duduk di bangku pada 1928, namun kitab-kitab yang diajar tidak pernah diubah. Bahkan sistem halaqoh ala pondok pesantren juga tetap dilaksanakan hingga saat ini.
Surau tempat Pertama kali Syekh membuka Halaqah pengajian.

Dalam waktu singkat, pesantren yang didirikannya mendapat dukungan penuh dari masyarakat sekitarnya. Dukungan ini mendorong bertambahnya jumlah murid yang menuntut ilmu di pesantren. Murid-murid yang belajar di pesantren tersebut tidak hanya berasal dari daerah setempat, melainkan juga datang dari berbagai wilayah Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Tapanuli, Aceh, dan bahkan, ada yang datang dari Malaysia.

Materi utama pendidikan di pesantren tersebut adalah pengajaran paham Ahlussunnah Waljamaah dan madzhab Syafi’i. Syeikh Sulaiman sangat konsisten menjalankan paham dan madzhab ini.

Pada tahun 1928 itu juga, Syeikh Sulaiman ar-Rasuli bersama sahabat-sahabatnya Syeikh Abbas Ladang Lawas dan Syeikh Muhammad Jamil Jaho menggagas berdirinya Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Baik dalam sistem pendidikan maupun perjuangannya, Syeikh Sulaiman ar-Rasuli dan kawan-kawannya secara tegas dan berani mempertahankan dan berpegang dengan satu mazhab, yakni Madzhab Syafi’i.

Selain aktif di dunia pendidikan agama, Syeikh Sulaiman juga aktif di dunia politik dan keorganisasian. Sejak tahun 1921, ia bersama dua teman akrabnya, Syeikh Abbas dan Syeikh Muhammad Jamil, serta sejumlah ulama ‘kaum tua‘ (golongan ulama yang tetap mengikuti salah satu dari empat madzhab dalam fiqh: Maliki, Syafi‘i, Hanafi, dan Hanbali) Minangkabau, membentuk organisasi bernama ‘Ittihadul Ulama Sumatera‘ (Persatuan Ulama Sumatera) yang bertujuan untuk membela dan mengembangkan paham Ahl al-Sunnah wa al-Jama‘ah madzhab Syafi‘i. Salah satu kegiatannya adalah menerbitkan majalah al-Radd wa al-Mardud sebagai sarana untuk menjelaskan serta mempertahankan paham Ahlussunnah waljamaah madzhab Syafi’i.

Sedangkan para ulama Malaysia yang seangkatan dengan Sulaiman ar-Rasuli dan sama-sama belajar di Mekah adalah Syeikh Utsman Sarawak (1281 H/1864 M - 1339 H/1921 M) dan Tok Kenali (1287 H/1871 M - 1352 H/1933 M).

Dalam penentuan awal dan akhir puasa (Ramadhan), Syeikh Sulaiman ar-Rasuli lebih menyetujui metode rukyah (melihat langsung bulan sabit). Ini merupakan sebentuk penegasan beliau untuk mempertahankan corak keislaman yang berakar pada tradisi Nusantara. Dalam banyak hal Syeikh Sulaiman ar-Rasuli beserta seluruh ulama Tarbiyah Islamiyah mempertahankan ciri-ciri dan cita-cita keislaman tradisional menurut manhaj Ahlussunnah Waljamaah bersama-sama dengan para ulama Nahdhatul Ulama (NU) dan semua ulama di seluruh dunia Islam yang masih tetap berpegang teguh kepada Mazhab Syafi’i.

Menurut Hamka, Syeikh Sulaiman ar-rasuli merupakan seorang ulama yang sangat gigih memperjuangkan kehidupan Umat Islam. Mendidik bangsanya menjadi lebih maju dan berusaha melepaskan diri dari penjajahan. Hamka melansir dalam bukunya yang berjudul Ayahku Menulis, "Cuma Beliau (maksudnya Dr. Haji Abdul Karim Amrullah) berselisih dalam satu perkara (dengan Syeikh Sulaiman ar-Rasuli). Bahwa Syeikh Sulaiman ar-Rasuli mempertahankan Thariqat Naqsyabandiyah, dan salah seorang di antara Syeikhnya (mungkin maksudnya Syeikh Saad Mungka, musuh polemik Syeikh Ahmad Khathib Minangkabau, ed.), sedangkan pihak Dr. Haji Abdul Karim Amrullah dan Syeikh Jambek tidak suka kepada tarekat itu.”
Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Canduang

Karya-karya

Sebagai seorang ulama, Syeikh Sulaiman ar-Rasuli telah melahirkan beberapa karya, karya-karya ini banyak di pelajari oleh para pelajar Muslim, di Munangkabau, Sumatera dan beberapa kawasan Nusantara lainnya.karya-karya tersebut antara lain adalah :

1. Dhiyaus Siraj fil Isra‘ Walmi‘raj

2. Tsamaratul Ihsan fi Wiladah Sayyidil Insan.

3. Dawaul Qulub fi Qishshah Yusuf wa Ya‘qub

4. Risalah al-Aqwal al-Washitah fi Dzikri Warrabithah

5. Al-Qaulul Bayan fi Tafsiril Quran

6. Al-Jawahirul Kalamiyyah.

7. Sabilus Salamah fi wird Sayyidil Ummah

8. Perdamaian Adat dan Syara‘.

9. Kisah Muhammad ’Arif, dan lain-lain



Dalam hal ini, Syeikh Sulaiman ar-Rasuli adalah ulama besar yang jarang tandingannya, kukuh dan kuat mempertahankan agama berorientasikan Sunni Syafi`i. Syeikh Sulaiman pulalah yang hingga kini dipercayai oleh masyarakat Minang sebagai penggagas landasan kemasyarakatan islami di Sumatera Barat dalam adagium ”adat bersendikan Syara’, Syara’ bersendikan kitabullah”.

Syeikh Sulaiman ar-Rasuli juga merupakan ulama yang gigih mempertahankan tatanan kemasyarakatan Minangkabau untuk tetap mempertahankan tradisi kesalehan Nusantara. Setidak-tidaknya hal ini terlihat dari bagaimana Beliau memperjuangkan prinsip ”Bulat air karena pembuluh, bulat kata karena musyawarah” serta ”Tungku tigo sajarangan” yang telah diyakini masyarakat Minang sebagai cara kebijakan paling berrurat akar dalam tradisi Nusantara serta sama seklai tidak bertentangan dengan nilai-nilai Syariat Islam.

Pengaruh
 

  Syeikh Sulaiman ar-Rasuli, sempat dilantik sebagai anggota Konstituante dari PERTI yang kemudian dibubarkan oleh Presiden Soekarno dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Syeikh Sulaiman ar-Rasuli adalah seorang ulama besar yang berpengaruh terhadap kawan dan lawan. Sejak zaman pemerintah Belanda, pembesar-pembesar Belanda datang mengunjunginya. Demikian juga pemimpin-pemimpin bangsa setelah kemerdekaan Indonesia. Soekarno sejak belum menjadi Presiden Indonesia hingga setelah berkuasa, sering berkunjung ke rumah Syeikh Sulaiman ar-Rasuli.

Tokoh ini adalah seorang ulama besar Indonesia yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Beliau adalah golongan Kaum Tua yang sangat gigih mempertahankan Mazhab Syafie. Syeikh Sulaiman menyampaikan pesan bahwa dengan memajukan pendidikan, maka umat Islam akan dapat bangkit dan berkiprah lebih aktif dalam usaha membangun bangsa dan agama. Syeikh Sulaiman berjasa besar dalam mengembangkan paham Sunni Syafi‘i dan tarekat Naqsybandiyah.
Ponpes Madrasah Tarbiyah Islamiyah Canduang

Syeikh Sulaiman ar-Rasuli merupakan salah satu ulama besar asal Sumatera Barat yang gigih dalam membela Islam. Ia wafat dalam usia 85 tahun, yaitu bertepatan dengan tanggal 28 Rabi‘ul Akhir 1390 H/1 Agustus 1970, dan dimakamkan di Komplek Madrasah Tarbiyyah Islamiyyah, Candung, Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia.

Pada hari pengkebumian beliau, diperkirakan tiga puluh ribu umat Islam dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya hadir untuk memberikan penghormatan terakhir pada jasad Beliau, termasuk para pemimpin dari Jakarta, bahkan juga dari Malaysia. Bendera Republik Indonesia dikibarkan setengah tiang selama 3 hari berturut-turut oleh Pemerintah dan rakyat Sumatera Barat, untuk menyatakan rasa turut berbelasungkawa dengan kepulangan al-’Alim al-’Allamah al-Fadhil Maulana Syaikh Sulaiman ar-Rasuli bin Angku Muhammad Rasul al-Minkabawi, kembali ke haribaan Allah SWT. Semoga Allah sentiasa melimpahkan rahmat dan keredhaan kepadanya.
Makam Beliau di depan Pondok

Karimah Al-Marwaziyyah ; Muhaddist wanita penyalur Shahih Bukhori

Ilustrasi

 Oleh : Riri Hanifah Wildani

Sungguh mengagumkan bila menjadi pribadi yang berbeda dari yang lain. Inilah salah satu orangnya, Muhaddits wanita yang apabila dengan izin Allah beliau tidak ada, mungkin kitab Shahih Bukhari tidak kita temukan seperti yang sekarang ini. hmm, seberapa besar andil beliau ini??


Menurut Syaikh Abdul Fattah, beliau adalah seorang wanita mulia dan ahli hadits yang sempurna, Karimah binti Ahmad bin Muhammad bin Hatim al-Marwaziyyah. Beliau bergelar Ummul Kiram dan Siti al-Kiram. Lahir di Marwa tahun 365 H. dianggap memiliki otoritas terbaik atas kitab hadits Sahih Al Bukhari. Al Khatib Al Baghdadi dan Al Humaidi adalah sebagian dari murid-muridnya. Disebutkan pula, diantara para imam yang belajar shahih Bukhori kepadanya adalah Hafizd Abu Bakar Al-Khatib dan Abu Thalib al Husain ibnu Muhammad Zainabi.



Banyak pujian yg dilontarkan untuk beliau. Bahkan Beliau diibaratkan sebagai tiang tengah penyangga hadis-hadis nabi.Leluasan ilmu dan penguasaannya terhadap hadis tidak diragukan lagi, sehingga para ulama besar rela berdesak-desakkan untuk menghadiri majlisnya, demi mendengarkan untaian-untaian hadisnya.

Para ulama mengakui keutamaan dan keteladannya sebagai orang yang pertama kali mengajarkan kitab sahih bukhori secra utuh, tuntas dan menyeluruh. Sehingga abu Dzar, seorang ulama hdis dari kota Harrah, berwasiat kepada murid-murid agar tidak belajar kitab Shahih Bukhari kecuali kepadanya.

Dan lagi-lagi, diberi penghargaan oleh seorang ulama besar, subhanallah. Dalam kitab al-siyar, Ad Dzahabi menggambarkan karakternya sebagai berikut :



Wanita agung, ahli ilmu dan mempunyai sanad hadis yang derajtnya tinggi..Mempelajari shahih Bukhari dari jalur Abu Haitsam al Kusymihani, Dzahir Ibnu Ahmad as –Sarkhasi dan Abdullah ibnu Yusuf ibnu Bamuwaih As-Ashbahani. Tingkat pemahaman dan pengetahuannya di atas rata-rata semakin kuat dipadu dengan kebaikan pekerti dan ketekunannya beribadah.


Bukan hanya itu, Karimah adalah muhaddits yg teliti lagi tegas. Nah, tentang hal ini Imam Abu Ghanaim berkata : Suatu kali Karimah menyodorkan redaksi Shahih Bukhori kepadaku, dan aku menyalinnya sesuai dengan redaksinya. Ketika menyelesaikan tujuh bundel, aku membacanya di hadapannya. Selanjutnya aku bermaksud menyalinnnya sendiri tanpa harus membaca di hadapannya. Dan ketika aku utarakan keinginanku kepadanya, ia menjawab “Tidak bisa, kamu harus memeriksakannya kepadaku. Lalu aku selalu memberikan salinanku kepadanya.


Hm, beliau wafat di Makkah tahun 463 H. Semoga Allah merahmati beliau. Al-Hafizh ibnul Jauzi menyebutkan biografinya dalam kitab al-Muntazhim, VIII : 270, tentang berbagai peristiwa yang terjadi pada tahun 463 H. Ibnul Jauzi menuturkan, “Pada tahun tersebut, telah wafat Karimah binti Ahmad bin Muhammad bin Abi Hatim al-Marwaziyyah. Beliau adalah salah seorang penduduk Kusymihan, sebuah perkampungan di Marwa. Beliau adalah seorang wanita ahli ilmu nan shalihah. Beliau belajar hadits Dari Abu al-Haitsam al-Kusymahani dan yang lainnya. Ada sejumlah imam yang belajar darinya, di antaranya adalah al-Khatib, Ibnu al-Muhthalib, As-Sam`ani dan Abu Thalib Az-Zainabi.”


Al-Hafizh Dzahabi juga berkata dalam kitab al-I`bar III : 254, tentang berbagai peristiwa yang terjadi pada tahun 463 H, “Pada tahun tersebut, Karimah binti Ahmad bin Muhammad bin Hatim, Ummul Kiram al-Marwaziyyah yang tinggal di Makkah meninggal dunia. Ia meriwayatkan kitab Shahihul Bukhari dari al-Kusymihani. Beliau juga meriwayatkan hadits dari Zahir As-Sarakhsi. Beliau memiliki tulisan yang bagus dan salinannya banyak diterima orang. Beliau memiliki pemahaman dan kecerdasan yang menonjol. Beliau tidak pernah menikah sama sekali. Ada yang mengatakan bahwa beliau berusia 100 tahun. Dan banyak orang yang belajar darinya.”


Satu lagi yg unik dari beliau adalah Karimah al-Marwaziyyah salah satu dari ulama yang tidak menikah. Seperti Ibn Taimiyyah, Imam an-Nawawi, dan yang lainnya. Tapi, mereka sama sekali tidak bermaksud untuk menganjurkan meninggalkan sunnah tersebut, yaitu pernikahan. Sebab, menurut hemat penulis mereka juga memahami hal tersebut. Hal ini dikarenakan beliau sangat cinta dengan ilmu sehingga sibuk untuk melibatkan diri dalam perjuangan-perjuangan keilmuan.


Hal yang cukup unik dan langka untuk saat ini. meskipun Allah menyatakan “Ar-rijal qawwamuuna ‘alan nisa’ “ tapi untuk hal ini, akhwat bukan harus mengalah. Dan satu lagi yang menarik, para ulama yang belajar pada beliau-Karimah-tidak sungkan belajar pada seorang wanita. Karena untuk ilmu dan niat ibadah kepada Allah, seseorang berhak belajar pada siapa saja.


Semoga kita termasuk orang2 yang berfastabiqul khairat dan dimudahkan oleh Allah dalam menuntut ilmu, khususnya ilmu agama. Sehingga bisa menunaikan amanah liyuzhirud din di masa yang akan datang.
 _Semoga bermanfaat_

Source : Web Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia ( PW PII ) Sumatera Barat

Menggapai Cita dan Asa ; sebuah sketsa

Ilustrasi
Oleh : Abdurrahman Muhammad


Mesir adalah negeri yang menjadi impianku sejak masih duduk dibangku Aliyah, dimana ada Azhar yang sangat dikenal orang karena kualitas manusia yang dilahirkan olehnya. Memang,universitas Al-Azhar sudah tidak asing lagi di telinga kita karena ia adalah universitas tertua di dunia. Bagi mahasiswa indonesia yang kuliah disini, mesir merupakan negera kedua dan Azhar adalah rumahnya. Jadi, dengan dibekali keinginan dan tekad yang kuat ditambah sedikit kemampuan akhirnya aku bisa sampai juga di bumi kinanah ini. Rasa gembira di hati tidak bisa lagi di ungkapkan, hanya dengan ucapan Alhamdulillah dan rasa syukur yang bisa aku persembahkan kepada Allah, karena memang diri ini tidak sanggup lagi untuk mengekspresikannya.

Di negeri inilah aku dan kalian akan memulai kehidupan yang sebenarnya, yaitu ingin menjadi seorang pemuda yang ideal dan pulang seperti apa yang diharapkan masyarakat terhadap kita. Namun di negeri ini pula kita dihadapkan dengan berbagai permasalahan baru yang memang sebelumnya tidak pernah kita temukan. memang ini sudah di era modern dimana tekhnologi sudah berkembang. Internet contohnya, sesuatu yang sangat wajib untuk kita miliki saat ini supaya dalam hidup tidak ketinggalan informasi. Lalu ada  facebook yang menjadi sarana paling penting dalam kehidupan kita sehari-hari untuk berkomunikasi dan menyambung silaturrahmi. Tapi sayangnya, banyak yang tidak bisa mengatur waktu sehingga berjam – jam di depan komputer hanya untuk balas komen dan duduk tersenyum. Siapa yang salah disini ? Apa harus kita tinggalkan internet-an atau facebook-an?

Jujur mungkin jawaban pribadiku adalah Tidak. Aku tak sanggup berpisah denganmu facebookku. Namun apakah dengan semuanya itu tidak akan buat kita terlena ? Apa masih ada dihati kita cerita tentang tujuan utama kaki ini berpijak di bumi para nabi ?

Di kesunyian malam, sejenak diri ini berdiam memikirkan ketidakjelasan masa depan yang selalu di tersayatkan dan buramnya masa lalu yang menghantui. Padahal hati ini selalu berharap ingin jadi seorang pemuda yang ideal. Apa engkau punya saran kawan?

Inilah namanya perjuangan jawab hatiku, pasti ada tantangan yang harus dilalui dan tantanganku adalah melawan arus modern tanpa harus ku terbawa arus. Apalagi sekarang aku hidup dimasa muda, yaitu masa yang hidup diantara dua masa yang lemah, dimana masa yang penuh dengan keemasan dan kejayaan dan masa yang akan dimintai pertanggung jawaban khusus kelak di akhirat.

Aku teringat akan sepenggal  syairnya bang Rhoma irama yang dikatakan Ikal dalam Film sang pemimpi “masa muda, adalah masa yang berapi api” perkataan presiden Soekarno dalam pidatonya “ambilkan kepadaku sepuluh orang pemuda maka akan kugoncangkan dunia”, bukankah semuanya  ini merupakan kata – kata motivasi buatku untuk bergerak dan tidak lupa akan tujuan utamaku pergi ke negeri seribu menara ini ?

 “Aku pasti bisa” batinku berucap. Aku harus terus bergerak untuk maju. Jangan terlena dengan keadaan dunia yang sudah semakin tua. Aku harus terus dan terus berpacu, selalu dan selalu. Aku harus yakinkan jiwa ini kalau pemberhentian itu tidak disini, istirahat itu tidak disini, tapi disana di puncak obsesi dan kemuliaan.

Hari berganti hari, aku masih tetap dalam perjuangan ini. Meskipun banyak mahasiswa indonesia disini tapi tetap yang menentukan pribadiku adalah diriku sendiri. Mereka hanya membantuku dalam mengarungi samudera ini, karena memang kita memiliki tujuan yang sama, tapi tetap kesuksesanku ada pada diriku. Aku yang harus menyikapi dan aku yang bertanggung jawab karena ini untuk masa depanku.

Sampai sekarang aku belum bisa berbuat apa – apa. Paling tidak dalam hal ini, agar hidupku bisa lebih bermakna dan bisa memaknai masa – masa indah yang sangat penting ini, yaitu masa mudaku agar bisa menjadi lebih bagus. Mungkin langkah terbaik yang harus aku ambil adalah dengan belajar dari orang – orang yang lebih dahulu hidup, mendengar nasehat mereka, meminta pendapat mereka tentang bagaimana menjadi seorang pemuda muslim yang ideal agar bisa aku terapkan dalam kehidupanku. Dan jika sekiranya aku belum bisa setidaknya aku sudah tahu, karena dalam hal ini tahu lebih bagus daripada tidak tahu sama sekali. Bisa jadi pedoman kalau ingin melangkah dan masih ada kesempatan sebelum melenceng jauh.

Jadi mari kita coba menoleh sejenak ke belakang. Belajar dari sejarah bagaimana pandangan seorang pemuda sukses luar biasa yang bisa memberikan inspirasi kepada banyak manusia dalam menemukan tujuan hidupnya ; Imam Hasan Al Banna. Menurutnya,  ada empat kriteria pemuda pahlawan, yaitu keimanan, keikhlasan, semangat dan amal. Keimanan itu terbit dari hati yang cerdas, keikhlasan berasal dari nurani yang suci, semangat berasal dari perasaan yang menggelora dan kerja yang tak pernah henti berasal dari tekad yang kuat. Semoga Allah memberikan kita kehormatan mendapatkan sifat-sifat tersebut.

Sastrawan Pakistan, Muhammad Iqbal, pernah menuliskan dengan indah sifat-sifat seorang pemuda muslim ideal yang penuh kepahlawanan. Sungguh sifat-sifat itu bukanlah khayalan semata, namun benar-benar telah tercermin dalam kepribadian pemuda-pemuda muslim sebelumnya yang menggoncangkan dunia. Dan seharusnya dimiliki oleh calon-calon pahlawan yang ingin mengikuti kehidupan mereka.

Inilah kriteria pemuda muslim yang ideal, semoga aku dan engkau kawan, bisa menjadi bagian dari pemuda pemuda muslim yang ideal itu, atau paling tidak bisa mengikuti jejak mereka.

Dia Pribadi muslim,
Berhati emas, berpotensi prima,
Yang lembut dalam berbahasa
dan teguh membawa Suluh

Dia ibarat  sutera halus di tengah sahabat tulus
Dia ibarat gerimis embun tiris
memekarkan bunga-bunga

Dia ibarat topan beliung 
Yang mengguncang laut ke relung-relung

Dialah gemericik air di taman asri
Dialah penumbang segala belantara dan Sahara

Dialah pertautan agung iman Abu Bakar
Keperkasaan Ali
Kesederhanaan Abu Dzar
dan Keteguhan Salman

Dia berdiri kokoh di dunia yang bergolak
Ibarat lentera ulama di tengah gulita 

Dia memilih syahid fi sabilillah di atas segala kursi dan upeti
Dia menentang tindakan Kuffar 
pola aniaya di mana saja

Maka nilainya pun membumbung tinggi
Harganya semakin tak bertepi
Maka siapakah yang akan sanggup membelinya

Kecuali Rabb-nya?


(kalau engkau pernah menonton Sinetron KCB 3, puisi ini pernah dibacakan oleh Ayatul Husna saat siaran di Radio JPMI (mungkin episode 48). Aku dapatnya dari sana.. :-D)

Sungguh kalimat-kalimat yang menginspirasi. Rasanya tak bosan aku membacanya, agar ia bisa menyelusup masuk ke relung jiwa, menggerakkan alam bawah sadar dan melahirkannya menjadi amal..