Foto: Googleimage |
Cara menangkapnya sederhana saja. Sang pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang dan sempit. Toples itu diisi kacang yang telah diberi aroma tertentu. Tujuannya,agar mengundang monyet-monyet datang. Setelah diisi kacang, toples-toples itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut toples dibiarkan tanpa tutup.
Para pemburu melakukannya di sore Hari. Besoknya, mereka tinggal meringkus monyet-monyet yang tangannya terjebak di dalam botol tak bisa dikeluarkan. Kok, bisa? Tentu Kita sudah tahu jawabnya.
Monyet-monyet itu tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan tangan untuk mengambil kacang-kacang yang Ada di dalam. Tapi karena menggenggam kacang, monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya Selama mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat untuk diangkat. Jadi, monyet-monyet itu tidak akan dapat pergi ke mana-mana !
***
Mungkin Kita akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet-monyet itu. Tapi, tanpa sadar sebenarnya Kita mungkin sedang menertawakan diri sendiri. Ya, kadang Kita bersikap seperti monyet-monyet itu. Kita mengenggam erat setiap permasalahan yang Kita miliki layaknya monyet mengenggam kacang.
Kita sering mendendam, tak mudah memberi maaf, tak mudah melepaskan maaf. Mulut mungkin berkata " saya ikhlas", tapi bara amarah masih Ada di dalam dada. Kita tak pernah bisa melepasnya.
Bahkan, Kita bertindak begitu bodoh, membawa "toples-toples" itu ke mana pun Kita pergi. Dengan beban berat itu, Kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, Kita sebenamya sedang terperangkap penyakit hati yang akut.
Sebenarnya monyet-monyet itu bisa selamat jika mau membuka genggaman tangannya. Andai mereka mau berkorban, melepaskan kacang yang sudah dalam genggaman, tentu mereka bisa mengangkat tangannya kembali dan menikmati hidup yang indah di hutan.
Begitu juga kita. Kita pun akan selamat dari penyakit hati jika sebelum tidur Kita mau melepas semua "rasa tidak enak" terhadap siapapun yang berinteraksi dengan Kita. Kita maafkan semua kesalahan yang telah dilakukan orang lain terhadap kita. Kita korbankan segala ego diri untuk memafkan. Memang berat, tapi ada keuntungan yang besar di baliknya. Memaafkan adalah cara terbaik untuk membuat hati ini kembali lapang.
Kecuali kalau kita tetap bersikeras untuk menahan semuanya dalam hati. Menyimpannya dan terus membuat diri kita berada dalam kebinasaan.Yah tak ubahnya seperti monyet.
“Allah tidak akan menambah kemaafan seseorang, melainkan dengan kemuliaan, dan tidaklah seseorang merendahkan dirinya karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatnya.” (H.R Bukhari dan Muslim)
0 comments:
Post a Comment