Oleh : Zia Ulkautsar Mukhlis
Seolah-olah hari ini kesholehan dan kecerdasan itu tak dapat disatukan, orang yg sholeh bukanlah orang yg cerdas, orang yang cerdas bukanlah orang yg sholeh atau pandangan yg parahnya adalah orang islam bukanlah orang yang cerdas, karna mereka adalah orang yg sholeh, sedangkan orang kafir adalah orang yang cerdas, karena merka bukan orang sholeh dan kecerdasan tidak bisa bersatu dengan kesholehan, secara umum hari ini ada bnyak orang yg berpikiran seperti ini, mungkin pandangan ini lahir krna melihat realita yg trjadi ddunia islam dan dunia barat, sekaligus pemahaman dari kesholehan tau ibadah itu yg sempit.
Seolah-olah hari ini kesholehan dan kecerdasan itu tak dapat disatukan, orang yg sholeh bukanlah orang yg cerdas, orang yang cerdas bukanlah orang yg sholeh atau pandangan yg parahnya adalah orang islam bukanlah orang yang cerdas, karna mereka adalah orang yg sholeh, sedangkan orang kafir adalah orang yang cerdas, karena merka bukan orang sholeh dan kecerdasan tidak bisa bersatu dengan kesholehan, secara umum hari ini ada bnyak orang yg berpikiran seperti ini, mungkin pandangan ini lahir krna melihat realita yg trjadi ddunia islam dan dunia barat, sekaligus pemahaman dari kesholehan tau ibadah itu yg sempit.
 Lalu timbullah pertanyaan, "apakah pandangan di atas benar?"
 Kita sederhanakan pemahaman di atas, yaitu "seorang Agamis dan 
Akademisi itu berbeda, dan tak dpat dua karakter ini bersatu pada satu 
tubuh", begtu intinya. Sebelum kita berbicara lebih jauh, perlu di ingat
 bahwa pandangan ini bukanlah pandangan seorang muslim, melainkan ini 
adalah pandangn orang-orang Barat, karna sebagai Umat Islam, kita 
memiliki sejarah sendiri yg sangat jauh berbeda dari sejarah Barat, lagi
 Gemilang. jika kita benar-benar membaca dan mempelajrinya serta bngga 
dengan sejarah kita dimasa lalu, maka tidak akan ditemukan pemisahan 
antra seorang Agamis dgn seorng Akademisi, karna dalam dunia Islam " 
pengetahuan dan Ibadah adalah kebutuhan pokok yg tak dapat dipisahkn", 
kedua-duanya sama-sama wajib, sama-sama kebutuhan jasmani dan sama-sama 
kebutuhan rohani.
Dan bagi orang Barat yg memiliki sejarah yg jauh berbeda berbda dengn islam, yaitu sejarah yg kelam dan jauh dari kata gemilang, seperti masa lalu merka dengan agama yg tidak harmonis dan jauh berbeda dngan umat Islam dlam beragama, seolah-olah bagi mreka, agama adalh satu bagian dan masyrakat adalah satu bagian yg lain, otoritas agama begitu kejam terhadap pemeluknya, ekstrimnya siapa yg menentang agama (gereja) akan di hukum atau dibunuh. Sampai pada puncaknya para pemeluknya lari dari agama dan membuat tandingan agama, yaitu sains atau ilmu pengetahuan, sebagi alat untuk menetang agama, karna itulah pandangan itu muncul: ilmuan bukan orang agama, dan orang agama bukan ilmuan.
Dan bagi orang Barat yg memiliki sejarah yg jauh berbeda berbda dengn islam, yaitu sejarah yg kelam dan jauh dari kata gemilang, seperti masa lalu merka dengan agama yg tidak harmonis dan jauh berbeda dngan umat Islam dlam beragama, seolah-olah bagi mreka, agama adalh satu bagian dan masyrakat adalah satu bagian yg lain, otoritas agama begitu kejam terhadap pemeluknya, ekstrimnya siapa yg menentang agama (gereja) akan di hukum atau dibunuh. Sampai pada puncaknya para pemeluknya lari dari agama dan membuat tandingan agama, yaitu sains atau ilmu pengetahuan, sebagi alat untuk menetang agama, karna itulah pandangan itu muncul: ilmuan bukan orang agama, dan orang agama bukan ilmuan.
 Nah, setelah nampak dan jelas bagi kita 
sekarang bagaimna sejarah Islam dan Barat, lalu bagamna pemikiran 
pemisahan antra agamis dan akademisi itu muncul, maka dapat disimpulkan,
 bahwa pemikiran dan pandangan pemisahan itu  bukan milik umat Islam yg 
menghargai Ilmu pengtahuan, melainkan itu adalah milik orang Barat, dan 
tak cocok jika pemikiran tersebut diterapkan pada umat Islam, karna 
Islam bukan hanya skedar mnghargai ilmu pngethuan melainkan juga 
mewajibkan bagi pmeluknya untuk menuntut ilmu,mengmbangkannya dan 
bermanfaat bagi banyak orang, tapi juga tak melupakn bahwa ada 
batasan-batasn yg perlu diperhatikn agar tak smpai melanggar 
ajaran-ajaran islam(Al Qur'an dan Sunnah), dan juga bagi umat Islam ilmu
 dan ibadah bukalah sesuatu yg tepisah, melainkan adalah satu kesatuan 
yg tak dapat dipisahkan, "karna mencari ilmu itu sendiri adalah ibadah",
 hukumnya saja wajib seperti melaksanakan sholat, lalu sesuatu yg wajib 
ini tidak kita namakan ibadah?! Tentu salah
 Jika kita mau untuk 
lebih bangga lagi dengan ilmuan kita, maka bandingkanlah keduanya, tak 
cukup rasanya jika hanya membandingkan ilmunya saja, tapi sebagi bentuk 
wujud dari ilmu tersebut juga perlu dperhatikan, bagaimana keseharian 
kedua ilmuan ini(barat dan muslim), bagaimana pribadi keduannya dan 
bagaimna sikap keduanya. Jika kita mengetahui bahwa ilmuan islam 
memeliki ketawaduan dalam ilmu, memiliki pribadi yg kokoh, menawan, tak 
tunduk pada penguasa, hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kekayaan, 
memiliki akhlak yg tinggi, sedap mata memandangnya, tenang hati duduk 
besamanya dan ingat tuhan ketika melihat wjahnya serta bangga saat 
membaca dirinya, lalu muncullah pertanyaan, apakah ilmuan barat 
demikian?
 Terakhir,Wahai pemuda, tokohilah siapa yg pantas kau tokohi, jika kau salah menokohi seseorang, maka pribadimu juga akan salah
 Islam bukanlah membenci pengetahuan, karna pengetahuan adalah bagian 
dari Islam itu sendiri, jadilah seorang ilmuan yg tak sekedar mmiliki 
ilmu yg luas, nmun juga taat beribadah, memiliki akhlak yg baik dan 
selalu bersikap tawadu', karna begitulah seorang Ilmuan Muslim  
seharusnya, dan kau juga harus bangga menjadi seorang Muslim dan menjadi
 Ilmuan Muslim.

 







 
 

