Redaksi Menerima kiriman tulisan baik opini, artikel dan lain-lain
Tulisan bisa dikirim via email ke alamat : pwkpii.mesir@gmail.com
Jazakumullah khairan katsiran

Sunday 30 October 2016

Antara Kesholehan dan Kecerdasan

Oleh : Zia Ulkautsar Mukhlis

Seolah-olah hari ini kesholehan dan kecerdasan itu tak dapat disatukan, orang yg sholeh bukanlah orang yg cerdas, orang yang cerdas bukanlah orang yg sholeh atau pandangan yg parahnya adalah orang islam bukanlah orang yang cerdas, karna mereka adalah orang yg sholeh, sedangkan orang kafir adalah orang yang cerdas, karena merka bukan orang sholeh dan kecerdasan tidak bisa bersatu dengan kesholehan, secara umum hari ini ada bnyak orang yg berpikiran seperti ini, mungkin pandangan ini lahir krna melihat realita yg trjadi ddunia islam dan dunia barat, sekaligus pemahaman dari kesholehan tau ibadah itu yg sempit.
Lalu timbullah pertanyaan, "apakah pandangan di atas benar?"
Kita sederhanakan pemahaman di atas, yaitu "seorang Agamis dan Akademisi itu berbeda, dan tak dpat dua karakter ini bersatu pada satu tubuh", begtu intinya. Sebelum kita berbicara lebih jauh, perlu di ingat bahwa pandangan ini bukanlah pandangan seorang muslim, melainkan ini adalah pandangn orang-orang Barat, karna sebagai Umat Islam, kita memiliki sejarah sendiri yg sangat jauh berbeda dari sejarah Barat, lagi Gemilang. jika kita benar-benar membaca dan mempelajrinya serta bngga dengan sejarah kita dimasa lalu, maka tidak akan ditemukan pemisahan antra seorang Agamis dgn seorng Akademisi, karna dalam dunia Islam " pengetahuan dan Ibadah adalah kebutuhan pokok yg tak dapat dipisahkn", kedua-duanya sama-sama wajib, sama-sama kebutuhan jasmani dan sama-sama kebutuhan rohani.
Dan bagi orang Barat yg memiliki sejarah yg jauh berbeda berbda dengn islam, yaitu sejarah yg kelam dan jauh dari kata gemilang, seperti masa lalu merka dengan agama yg tidak harmonis dan jauh berbeda dngan umat Islam dlam beragama, seolah-olah bagi mreka, agama adalh satu bagian dan masyrakat adalah satu bagian yg lain, otoritas agama begitu kejam terhadap pemeluknya, ekstrimnya siapa yg menentang agama (gereja) akan di hukum atau dibunuh. Sampai pada puncaknya para pemeluknya lari dari agama dan membuat tandingan agama, yaitu sains atau ilmu pengetahuan, sebagi alat untuk menetang agama, karna itulah pandangan itu muncul: ilmuan bukan orang agama, dan orang agama bukan ilmuan.
Nah, setelah nampak dan jelas bagi kita sekarang bagaimna sejarah Islam dan Barat, lalu bagamna pemikiran pemisahan antra agamis dan akademisi itu muncul, maka dapat disimpulkan, bahwa pemikiran dan pandangan pemisahan itu bukan milik umat Islam yg menghargai Ilmu pengtahuan, melainkan itu adalah milik orang Barat, dan tak cocok jika pemikiran tersebut diterapkan pada umat Islam, karna Islam bukan hanya skedar mnghargai ilmu pngethuan melainkan juga mewajibkan bagi pmeluknya untuk menuntut ilmu,mengmbangkannya dan bermanfaat bagi banyak orang, tapi juga tak melupakn bahwa ada batasan-batasn yg perlu diperhatikn agar tak smpai melanggar ajaran-ajaran islam(Al Qur'an dan Sunnah), dan juga bagi umat Islam ilmu dan ibadah bukalah sesuatu yg tepisah, melainkan adalah satu kesatuan yg tak dapat dipisahkan, "karna mencari ilmu itu sendiri adalah ibadah", hukumnya saja wajib seperti melaksanakan sholat, lalu sesuatu yg wajib ini tidak kita namakan ibadah?! Tentu salah
Jika kita mau untuk lebih bangga lagi dengan ilmuan kita, maka bandingkanlah keduanya, tak cukup rasanya jika hanya membandingkan ilmunya saja, tapi sebagi bentuk wujud dari ilmu tersebut juga perlu dperhatikan, bagaimana keseharian kedua ilmuan ini(barat dan muslim), bagaimana pribadi keduannya dan bagaimna sikap keduanya. Jika kita mengetahui bahwa ilmuan islam memeliki ketawaduan dalam ilmu, memiliki pribadi yg kokoh, menawan, tak tunduk pada penguasa, hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kekayaan, memiliki akhlak yg tinggi, sedap mata memandangnya, tenang hati duduk besamanya dan ingat tuhan ketika melihat wjahnya serta bangga saat membaca dirinya, lalu muncullah pertanyaan, apakah ilmuan barat demikian?
Terakhir,Wahai pemuda, tokohilah siapa yg pantas kau tokohi, jika kau salah menokohi seseorang, maka pribadimu juga akan salah
Islam bukanlah membenci pengetahuan, karna pengetahuan adalah bagian dari Islam itu sendiri, jadilah seorang ilmuan yg tak sekedar mmiliki ilmu yg luas, nmun juga taat beribadah, memiliki akhlak yg baik dan selalu bersikap tawadu', karna begitulah seorang Ilmuan Muslim seharusnya, dan kau juga harus bangga menjadi seorang Muslim dan menjadi Ilmuan Muslim.

0 comments:

Post a Comment