Redaksi Menerima kiriman tulisan baik opini, artikel dan lain-lain
Tulisan bisa dikirim via email ke alamat : pwkpii.mesir@gmail.com
Jazakumullah khairan katsiran

Tuesday, 10 April 2012

Siapa yang lebih bahagia ?

 Oleh : Uda Zami

Siapa yang lebih bahagia, pemberi sedekah atau penerima sedekah ? Sekilas terlihat bahwa hanya dari penerima lah terpancar senyum sumringah atas sedekah yang ia terima. Kebahagian terpancar dari wajah penerima sedekah saat tangannya menggenggam sedekah, lalu segepok doa dan rasa syukur serta terima kasih ia haturkan berulang-ulang. Terkadang malah kita lihat beberapa penerima sedekah menangis haru saat menerima sedekah lalu bergegas mencium punggung tangan orang yang telah bersedia menyisihkan nafkahnya itu. Episode seperti ini akan selalu kita lihat berulang kali dalam hidup kita.

***

Sedekah itu tanpa batas.  Nilai dan jumlahnya tak dibatasi, penerima sedekahnya juga tidak terbatas.  Artinya, penyedekah bisa memberikannya kepada siapa saja, dari yang terdekat hingga terjauh sekali pun.  Tak hanya itu, waktu untuk bersedekah pun tak pernah dibatasi.  Tak hanya di bulan-bulan tertentu saja, melainkan sepanjang waktu.  Selama seseorang mampu untuk bersedekah, baik di waktu sempit mau pun lapang, maka bersedekah dianjurkan.

 Nah, lantaran sedekah itu tanpa batas, maka tidak pernah dibatasi jumlah yang boleh disedekahkan.  Tidak ada nisab untuk sedekah, selama ia mampu maka teruslah bersedekah.  Tidak pernah ada ketentuan seseorang sudah boleh bebas tak bersedekah karena sudah terlalu sering bersedekah.  Dan yang terpenting, tidak pernah tertulis dalam sejarah ada orang yang jatuh miskin lantaran bersedekah.


***

 Sedekah itu ibadah yang unik. Unik karena ini satu-satunya investasi dengan tingkat laba yang pasti berlipat. Teori dalam Islam mengajarkan bahwa harta yang disedekahkan itu minimal akan digandakan 10 kali lipat (teori amalan kebaikan). Dalam teori lain disebutkan bahwa menginfakkan harta di jalan Allah itu ibarat menanam biji sawi yang berantingkan 7 tangkai dan setiap tangkai menumbuhkan 100 biji sawi. Artinya tiada yang sia-sia saat kita mengeluarkan harta kita untuk bersedekah. Soal kapan laba dari sedekah itu kita terima, serahkan saja pada Allah kapan waktu terbaiknya. Bisa jadi cepat, bisa jadi agak lambat, atau bisa jadi malah diinvestasikan semuanya hingga hasilnya dirasa di Akhirat kelak.


***

 Dalam sedekah ada pendidikan. Pendidikan bagi si Pemberi sedekah untuk menumbuhkan keyakinan akan janji Allah. Pendidikan untuk selalu respon terhadap gejala dan kebutuhan saudara di sekitarnya. Pendidikan dan latihan diri untuk berani berkorban menyisihkan harta yang telah  susah payah ia usahakan lalu ia berikan sebagiannya untuk penerima sedekah. Dan yang utama, Pendidikan Syukur. Syukur bahwa ia tidak termasuk para peminta sedekah dan syukur ia masih memiliki kelebihan harta untuk disedekahkan.

 Bagi si penerima sedekah sendiri, menerima sedekah adalah pendidikan untuk bersyukur atas nikmat Allah dan sabar atas ujiannya. Syukur disini tidak hanya berhenti di lisan, namun ada sebuah tekad tersembunyi agar di masa datang namanya akan masuk dalam daftar pemberi sedekah,bukan (lagi) sebagai penerima.

 ***


Bersedekah itu harus cerdas. Tugas si Pemberi Sedekah semestinya tidak mentok hanya sekedar memberi saja. Namun si pemberi sedekah juga harus memikirkan bagaimana caranya memberdayakan si penerima agar ke depan ia tidak lagi berkutat dalam dunia penerima sedekah. Dengan bersedekah, si pemberi harus mulai membentuk mental si penerima sedekah, agar ke depan ia bisa mendaya-gunakan sedekahnya dengan baik. Paling tidak untuk beberapa waktu ia tidak lagi meminta-minta walau belum mampu menjadi golongan pemberi sedekah.


Sedekah bukan sekadar menaruh uang di kotak amal.  Atau mengumpulkan para fakir miskin, anak yatim, kemudian membagi-bagikan amplop, lantas selesai.  Para pemberi sedekah tak selesai kewajibannya hanya sampai sebatas memberi.  Ada kewajiban lainnya, yakni tak membiarkan penerima sedekah menjadi orang-orang yang berketergantungan dengan sedekah.  Jangan sampai ada orang yang 'menikmati' hidup dengan pemberian orang lain.  Ada kewajiban bagi pemberi sedekah, yakni membuat penerima sedekah itu menjadi orang-orang yang berdaya.  Setidaknya hingga mereka sanggup mencapai tingkatan tak lagi bergantung pada sedekah dan bisa menghidupi diri dan keluarganya sendiri.

 ***

 Jadi siapakah yang semestinya lebih bahagia ? pemberi kah atau penerima ? dengan bersedekah, pemberi sedekah telah memiliki Laba yang pasti akan ia peroleh karena Allah sendiri yang akan membalasnya. Siapa yang tidak bahagia dengan kepastian janji Allah ?

 Dengan bersedekah, pemberi sedekah juga mendapatkan ketenangan hati dan rasa bahagia tatkala menyaksikan senyum tulus orang-orang yang menerima sedekahnya. Dengan bersedekah, ia bahagia karena telah berhasil membuktikan rasa Syukur pada Tuhannya. Dengan bersedekah, hartanya pun berlipat ganda.  Dengan sedekah, ia akan masuk dalam golongan yang mendapatkan manfaat sedekah seperti diberi kesehatan, dijauhkan dari mara bahaya dan tenang jiwanya.

 Sedekah yang hanya memberikan satu manfaat untuk penerimanya ternyata memberikan lebih banyak manfaat bagi si pemberi.

Lalu masihkah harus dijelaskan siapa yang lebih bahagia ?

0 comments:

Post a Comment